Singaraja (Antara Bali) - Mahasiswa Universitas Panji Sakti Singaraja (Unipas) Kabupaten Buleleng, Bali, menyesalkan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai lemah dalam mempertahankan harga diri Bangsa Indonesia di mata Malaysia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unipas Putu Edy Juniartha kepada ANTARA di sela orientasi kegiatan kampus (OKK) yang berangsung di kampus universitas tersebut, di Singaraja, Kamis.
Menurutnya, batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sudah dilanggar oleh Malaysia merupakan harga mati yang harus dibela hingga titik darah penghabisan.
Langkah diplomasi yang dilakukan oleh pihak Republik Indonesia seperti yang diutarakan Presiden SBY, tentu bukan sebuah bentuk ketegasan dalam sebuah kebijakan yang dilakukan terhadap pelanggaran tapal batas perairan milik Indonesia.
"Sampai berani melakukan penangkapan terhadap petugas kelautan yang sedang bertugas mengawasi perairan di wilayah NKRI, itu artinya mereka sudah melecehkan aparatur Pemerintahan Indonesia, sekaligus merendahkan martabat kita selaku bangsa yang sudah memiliki batasan wilayah yang jelas," ujarnya.
Menurutnya, mengenai pertimbangan Presiden terhadap dua juta warga Indonesia yang berada di Malaysia, itu sesungguhnya sudah masuk ke ranah khusus, serta telah mendapat perlindungan dari undang-undang internasional tentang keberadaan mereka di suatu negara.
Dikatakan, jika keselamatan warga Indonesia yang menjadi kekhawatiran, sebenarnya bukan lagi menjadi sebuah gambaran baru.
"Selama ini tidak sedikit warga Indonesia yang telah mengalami peristiwa buruk di negeri tetangga itu. Karenanya, ini bukan hal yang baru. Sejumlah kasus penganiayaan terhadap WNI di Malaysia, sampai saat ini tidak ada kejelasan penyelesaiannya," ujar Edy, geram.
Menurut Edy, ada aturan yang sifatnya universal dan masih berlaku terkait dengan hak asasi manusia di dunia.
Mengingat itu, semua warga negara yang tinggal di suatu negara lain akan mendapat perlindungan secara menyeluruh dari semua bangsa. "Jadi, sangat miris jika keberadaan TKI di Malaysia telah dijadikan sebuah kekhawatiran oleh Presiden SBY," ujarnya menandaskan.
NKRI adalah harga mati, kata Edy, dan jika memang harus perang untuk mempertahankan hak negara kita, apa yang perlu ditakutkan. "Kami mahasiswa pun siap terlibat untuk itu," kata Edy yang dibenarkan sejumlah mahasiswa yang lain.
Dikatakan, sudah banyak sikap dari oknum warga negara Malaysia yang menunjukan perbuatan tidak bersahabat terhadap Bangsa Indonesia. Tidak hanya berupa kasus penganiayaan, tetapi juga permasalah Ambalat yang sudah diperdebatkan sejak zaman Presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno.
Indonesia harus tegas karena setiap jengkal tanah air diperebutkan dengan tetas darah para pejuang bangsa. "Jika bangsa ini memang memberikan penghargaan terhadap sejarah, jawaban atas tindakan Malaysia adalah perang," kata Edy bersemangat, didukung sejumlah rekannya.(*)