Jakarta (Antara Bali) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendorong pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengolahan hasil perikanan dunia yang dinilai selaras dengan konsep Poros Maritim Dunia yang digaungkan Presiden Joko Widodo.
"Kami optimistis, dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat pengolahan perikanan dunia, maka nilai ekspor nasional akan meningkat dari 4,1 miliar dolar AS pada 2013, menjadi 40 miliar dolar AS pada 2019," kata Wakil Ketua Umum Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia, Yugi Prayanto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Yugi, langkah menjadikan Indonesia sebagai pusat pengolahan perikanan dunia, harus dilakukan segera, mengingat potensi kelautan dan perikanan Indonesia yang sangat besar.
Ia mengungkapkan terdapat beberapa langkah penting yang harus dilakukan pemerintah antara lain melakukan standarisasi semua produk perikanan dalam negeri sehingga sektor perikanan nasional bisa terdaftar secara resmi pada tingkat nasional dan internasional.
Selain itu, ujar dia, mulai melakukan prosesing perikanan dunia di Indonesia, berdasarkan standarisasi yang telah dimiliki.
"Artinya, sama seperti dengan dibangunnya Starbucks dan McDonald di Indonesia, karena 'quality control'-nya sudah sama seperti di Amerika Serikat. Kita pun bisa bangun pusat pengolahan perikanan dunia di Indonesia," katanya.
Wakil Ketua Umum Kadin mencontohkan prosesing ikan dunia di Indonesia juga bisa melibatkan berbagai negara, seperti salmon didatangkan dari Australia dan Norwegia, lalu diproses di Indonesia.
Hal itu, kata Yugi, akan sangat menguntungkan apalagi dengan biaya buruh di Indonesia yang lebih terjangkau dibanding buruh di negara-negara penghasil ikan tersebut.
Pemerintah juga didorong menyediakan tenaga kerja lokal yang terampil dan bersaing dibanding tenaga kerja dari negara lain, mendorong perbankan nasional untuk meningkatkan dan memacu investasi industri pengolahan.
"Dengan bahan baku dari luar negeri, lalu diolah menjadi produk-produk siap saji dan di re-ekspor ke negara-negara maju," jelasnya.
Yugi juga mendorong kerja sama dengan negara-negara maju seperti AS, Norwegia, Australia, Kanada dan Jepang.
Kerja sama itu dilakukan agar negara-negara itu dapat menjadi sebagai sumber bahan baku Ikan Salmon, Kepiting Alaska, Alaskan Lobster, Herring, Trout, Smelt dan segala jenis hasil penangkapan di laut air dingin ("cold water fish").
"Intinya, pemerintah didorong untuk aktif membuka kesempatan bagi Indonesia sebagai basis pengolahan dan membuka pasar hasil-hasil olahan tersebut dan dijadikan produk siap saji ke pasar retail negara-negara itu," paparnya. (WDY)