Denpasar (Antara Bali) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membagikan pengalaman dan kiat-kiat menata sistem transportasi di daerahnya supaya tidak menimbulkan sumber kemacetan baru pada jajaran Pemerintah Provinsi Bali, di Denpasar, Senin.
"Menata sistem transportasi, kita tidak bisa hanya berbicara atau membuat perencanaan untuk lima tahun tetapi harus sudah diprediksi apa yang akan terjadi dalam 50 sampai 100 tahun ke depan," katanya saat menjadi narasumber dalam diskusi publik bertajuk "Membangun Perkeretapian di Bali" itu di Kantor Bappeda Bali, Denpasar.
Risma mengemukakan, dalam menata sistem transportasi massal di Surabaya, pihaknya memilih yang berbasis rel atau tepatnya dia akan menggunakan model trem dan akan dibangun mulai 2015 dengan diprediksi dapat rampung dalam waktu 1,5 tahun.
"Kami memilih trem karena jumlah penduduk Surabaya sudah besar sekali yakni 3,2 juta, belum lagi ditambah mahasiswa yang jika ditotal bisa mencapai lima juta jiwa," ujarnya.
Menurut dia, dengan trem berukuran sedang itu, penumpang akan merasa lebih aman dan nyaman dibandingkan menggunakan bus yang ukurannya lebih besar, lebih tinggi dan penumpangnya harus masuk berdesak-desakan karena hanya memiliki satu pintu. Apalagi pedestrian di Surabaya sudah ditata dengan sedemikian rupa dengan biaya yang relatif tinggi sehingga sayang jika sampai rusak dengan keberadaan bus yang tinggi.
"Transportasi massal harus dirancang nyaman, aman, murah, dan tepat waktu. Jika tidak demikian, jangan harap masyarakat dapat beralih dari menggunakan kendaraan pribadi menuju transportasi massal," ucapnya.
Kalau biaya transportasi sudah murah dan lancar, lanjut dia, harga barang pun akan ikut murah sehingga dapat meningkatkan produktivitas masyarakat dan masyarakat pun tidak sampai stres ketika harus berada di jalanan.
Terkait dengan gagasan membangun sistem perkeretapian di Bali, menurut Risma, itu cukup layak karena dengan kereta api toko-toko kecil tetap dapat hidup maupun moda transportasi lainnya tetap bisa dipertahankan.
Berbeda halnya jika semua menggunakan kendaraan pribadi yang hanya turun dari satu tujuan ke tujuan lainnya sehingga lambat laun toko-toko kecil tidak akan bisa hidup. Namun jika digunakan transportasi massal, maka ada kesempatan untuk masyarakat berjalan sehingga ada ketertarikan untuk mengunjungi toko kecil, demikian juga bisa diatur supaya peninggalan budaya masih tetap bisa dipertahankan.
Pada kesempatan diskusi itu, beberapa anggota DPRD Bali bahkan meminta Risma menjadi konsultan untuk tindak lanjut rencana pembangunan sistem perkeretapian di Bali. "Saya siap membantu dan tidak usah jadi konsultan, karena Bali ini merupakan kebanggaan Indonesia," ucapnya.
Pada diskusi itu juga dihadiri Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, Sekretaris Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan Sugiadi Waluyo, pengamat transportasi Putu Rumawan Salain, Kadishubinfokom Provinsi Bali Ketut Artika, serta pemangku kepentingan terkait. (WDY)
Risma Bagikan Pengalaman Tata Transportasi Pada Bali
Senin, 24 November 2014 20:01 WIB