Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat realisasi impor perhiasan batu permata, mutiara dan logam mulia melorot hingga 88 persen dari bernilai 2,2 juta dolar AS selama Juli 2014 menjadi hanya seharga 254 ribu dolar Agustus 2014.
"Impor perhiasan tersebut memang memuncak pada pertengahan tahun yakni antara bulan Juni-Juli, kemudian berkurang hingga nol di akhir tahun," tutur Made Muliarta, seorang eksportir aneka jenis perhiasan di Denpasar, Minggu.
Pengusaha Bali memerlukan mutiara, batu permata, dan logam mulia dari luar negeri sebagai bahan baku pembuatan aneka jenis perhiasan yang dipadukan dengan rancang bangun kearifan lokal yang hasilnya kemudian diekspor.
"Kami mengimpor permata dan setelah diolah kembali diekspor, tentu dengan nilai yang jauh lebih mahal dan ekspor ini biasanya pada bulan-bulan terakhir sebagai persiapan menghadapi perayaan Natal dan menyabut tahun baru," kata pengusaha berusia muda ini.
Permata yang dibeli oleh pengusaha di Bali umumnya didatangkan dari Asia, seperti Thailand, Tiongkok, bahkan ada yang dari Eropa, di samping dipenuhi dari permata produksi dalam negeri asal Kalimantan dan Sumatera.
Pengusaha Bali mengimpor permata cukup masuk akal, kata Made Muliarta, sebab tidak saja turis asing senang dengan perhiasan yang diisi permata, pelancong nusantara juga banyak mengoleksi aksesori yang dibubuhi batu permata yang sebagian orang memercayai memiliki kasiat tertentu.
Permata dan batu mulia yang diperlukan perajin Bali khususnya pengusaha perak jauh lebih banyak dari pada realisasi impor, karena dibeli dari produksi dalam negeri dengan mutu yang tidak kalah dari impor, tutur Made Muliarta.
Ia mengatakan, perajin perhiasan perak Bali yang umumnya berada di Desa Celuk, Sukawati, Kabupaten Gianyar, mampu memenuhi selera konsumen luar negeri, sehingga realisasi ekspornya naik terus, baik perolehan devisa maupun volumennya.
Realisasi ekspor aneka ragam perhiasan perak yang dipadukan dengan emas dilengkapi dengan permata terbanyak dikirim ke konsumen di empat negara, yakni Singapura dan Hong Kong, Jepang dan AS yang nantinya dijual kembali kepada wisatawan di sana.
Sementara realisasi perdagangan perhiasan Bali sesuai catatan Disperindag Bali selama Januari-Agustus 2014 bernilai 13,5 juta dolar AS atas pengiriman 13 juta pcs, 32 persen diantaranya memenuhi permintaan konsumen Singapura, menyusul Hong Kong 23,3 persen. (WDY)