Yogyakarta (Antara Bali) - Kelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakara membuat dan
mengembangkan media pembelajaran matematika menggunakan aplikasi
rangkaian listrik yang diberi nama Tombol Kebenaran.
"Dengan alat itu diharapkan siswa lebih tertarik dan mudah memahami
pelajaran logika matematika. Selama ini sebagian besar siswa takut
dengan matematika yang dicap sebagai pelajaran sulit dan membutuhkan
logika yang benar," kata ketua kelompok Hayang Sugeng Santosa di
Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, dengan alat itu siswa cukup menekan tombol benar dan
salah untuk setiap kasus baik konjungsi, disjungsi, implikasi maupun
biimplikasi dalam satu set alat saja.
Media pembelajaran itu juga cocok untuk diterapkan karena sesuai
dengan Kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik yang diawali siswa
melakukan percobaan, baru kemudian ditarik kesimpulan dari percobaan
yang dilakukan.
"Karya berupa Tombol Kebenaran itu diharapkan dapat disebarluaskan
dan digunakan di sekolah-sekolah sebagai solusi yang menarik siswa untuk
belajar logika matematika dan memudahkan siswa memahaminya," katanya.
Ia mengatakan komponen yang digunakan adalah ATMega8. Pada dasarnya
ATMega8 memiliki tiga PORT utama yakni PORTB, PORTC, dan PORTD dengan
total pin "input/output" sebanyak 23 pin.
PORT tersebut dapat difungsikan sebagai "input/output" digital atau difungsikan sebagai periperial lainnya.
Menurut dia, sumber "clock" pada ATMega8 secara garis besar ada dua buah yakni "clock internal" dan "clock external".
"Untuk clock internal maksimum clock yang dapat digunakan adalah
8MHz, sedangkan untuk clock external maksimum clock yang dapat digunakan
adalah sebesar 16MHz," katanya.
Ia mengatakan matematika adalah mata pelajaran dasar yang sangat
berguna dan penting dalam kehidupan sehari-hari di berbagai sektor.
"Menilik pelajaran matematika kelas X SMA, dalam bab logika
dijelaskan bahwa kalimat memiliki nilai benar atau salah, namun tidak
sepenuhnya benar dan salah," katanya.
Bab itu juga membahas mengenai pernyataan majemuk dengan
kalimat-kalimat bernilai benar atau salah nanti akan menghasilkan
kesimpulan yang benar atau salah sesuai dengan kasusnya, baik konjungsi,
disjungsi, implikasi maupun biimplikasi.
Menurut dia, perlu konsentrasi yang baik agar siswa dapat memahami
bab itu. Pembelajaran yang hanya "text book" akan cepat membuat siswa
bosan.
Anggota kelompok mahasiswa UNY itu antara lain Asri Satiti, Sis Susanti, dan Gangsar Pitoyo. (WDY)
Mahasiswa UNY Kembangkan Pembelajaran "Tombol Kebenaran"
Kamis, 17 Juli 2014 7:29 WIB