Yogyakarta (Antara Bali) - Tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta membuat dan mengembangkan
kincir angin poros vertikal tipe savonius sebagai sumber energi
alternatif cadangan pembangkit tenaga listrik.
"Kincir angin itu memanfaatkan energi kinetik angin untuk
dikonversi menjadi energi listrik. Kami mengembangkannya di Desa
Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY," kata koordinator
tim Kinanti Prabandari di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, kincir angin dengan poros vertikal digunakan untuk
mengatasi kondisi angin di Indonesia yang arahnya berubah-ubah karena
prinsip kerja kincir angin dengan poros vertikal tidak bergantung dengan
arah datangnya angin.
"Kincir angin tipe savonius merupakan tipe yang ideal untuk angin
di Indonesia yang memiliki kecepatan rendah. Kincir angin tipe savonius
cocok untuk angin Indonesia yang berhembus pelan," katanya.
Ia mengatakan kincir angin tipe savonius dapat diaplikasikan
sebagai pembangkit listrik tenaga angin untuk membantu masyarakat Desa
Tirtomulyo dalam mengatasi kelangkaan kebutuhan listrik di daerah lahan
pertanian.
"Energi angin merupakan salah satu metode menghasilkan energi
listrik dengan cara memutar turbin/kincir angin yang dihubungkan dengan
generator, hasilnya akan disimpan di dalam elemen penyimpan," katanya.
Menurut dia, hal itu untuk menjaga tegangan keluaran dari generator
dibutuhkan pengendali energi listrik agar dapat berjalan dengan
optimal. Prinsip kerja dari alat itu adalah mengkonversi energi kinetik
yang bersumber dari angin menjadi energi listrik.
"Untuk pembuatan prototipenya, kami lakukan di Laboratorium Fisika
UNY. Dalam pengujian prototipenya dilakukan di Desa Tirtomulyo,"
katanya.
Ia mengatakan dalam melakukan perancangan desain alat, tim terlebih
dahulu melihat atau mensurvei tempat yang akan dijadikan tempat
pemasangan alat karena pembangkit listrik dengan kincir angin tipe
savonius yang dibuat dalam program itu harus disesuaikan dengan keadaan
geografis.
Dalam pembuatan alat itu diperlukan bahan yang tahan terhadap
berbagai kondisi baik lembab maupun kering. Hal itu disebabkan alat
tersebut akan ditempatkan di luar ruangan atau "outdoor".
"Sebelum diujicobakan, kami juga melakukan pengujian alat tersebut
yang meliputi berfungsi tidaknya alat, ketahanan alat terhadap
lingkungan, dan menentukan efisiensi alat," katanya.
Anggota tim itu antara lain Aden Setia Hadi, Arif Rahman, dan Widi
Sulistia Nugraha dengan dosen pembimbing Yosi Aprian Sari. (WDY)
UNY Kembangkan Kincir Savonius Sebagai Energi Alternatif
Minggu, 28 September 2014 7:46 WIB