Denpasar (Antara Bali) - Pusat perbelanjaan modern menjamur di Kota Denpasar dan sekitarnya, ibukota Provinsi Bali, namun pasar-pasar tradisional tidak dapat dipisahkan dengan kehidudupan masyarakat setempat dalam memenuhi keperluan ritual dan adat.
Pasar Badung di pusat kota Denpasar dan pasar tradisional di pinggiran kota selalu ramai dikunjungi masyarakat, lebih-lebih menjelang hari besar keagamaan seperti Hari Raya Galungan, hari suci umat Hindu dalam memperingati Kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).
Pasar tradisional yang pengelolaannya mulai diserahkan kepada desa adat (Pekraman) setempat itu sangat ramai, sebagai tempat transaksi antara pembeli dan penjual berbagai jenis kebutuhan sehari-hari, terutama menyambut hari-hari suci ritual keagamaan.
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyadari pentingnya keberadaan pasar tradisional itu, dan karena itu pihaknya berusaha melakukan penataan pasar-pasar tradisiol di pusat kota maupun daerah pinggiran kota sekaligus direvitalisasi menghadapi desakan pasar modern.
Rai Mantra, putra mantan Gubernur Bali Prof Dr Ida Bagus Mantra itu bertekad mempertahankan keberadaan pasar-pasar tradisional, sekaligus melakukan penataan dan mengedepankan kebersihan lingkungan serta keamanan dan kenyamanan dalam lingkungan pasar.
Upaya yang dilakukan itu mendapat apresiasi dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dengan memberikan bantuan sebesar Rp5 miliar untuk renovasi pasar Nyanggelan yang berlokasi di Desa Panjer, pinggiran Kota Denpasar.
Dengan kucuran dana itu pasar tradisional yang berdekatan dengan kawasan wisata Sanur itu menjadi lebih modern dan tertata rapi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi didampingi Wali Kota Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra sempat meninjau pasar tradisional Nyanggelan yang baru selesai direnovasi Senin (24/2) mengatakan, bahwa salah satu program kerjanya berkomitmen memperbaiki pasar tradisional agar kesan becek, kumuh, dan kurang rapi dapat dihilangkan.
Program perbaikan pasar-pasar tradisional itu mendapat dukungan anggaran khusus dari Kementerian Perdagangan dengan harapan dapat mempercepat proses penataan lingkungan pasar.
"Lewat program itu kami harapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah, dan Pasar Nyanggelan, Denpasar merupakan salah satu contoh pelaksanaan revitalisasi pasar tradisional yang berhasil," tutur Menteri Muhammad Lutfi.
Dana Pendamping Pemkot
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Kementerian Perdagangan karena telah membantu merenovasi pasar tradisional yang berlokasi di Desa Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan itu.
Renovasi pasar yang menampung ratusan pedagang berawal dari gagasan mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang sempat berkunjung ke pasar tersebut.
Pemerintah Kota Denpasar menyediakan dana pendamping sebesar Rp1,1 miliar untuk memperbaiki pasar yang mampu menampung 188 pedagang itu. Fasilitas pasar terdiri atas 14 unit kios, 106 unit los, 37 unit toko, kantor pengelola, area parkir, tanaman/area penghijauan, tempat sampah, peturasan (toilet), dan tempat pengolahan limbah.
Sebelum pasar Nyanggelan yang berlokasi di Desa Panjer itu diperbaiki omset per bulannya yang sebelumnya Rp2,9 miliar meningkat menjadi Rp3,4 miliar.
Upaya perbaikan itu sekaligus mampu memberikan rasa nyaman dalam lingkungan pasar, sekaligus mengajarkan masyarakat tentang hidup bersih dan teratur dengan adanya pengolahan limbah secara mandiri.
Dengan demikian tidak ada lagi kesan pasar tradisional itu kumuh, karena sudah ditata dengan baik, termasuk masalah kebersihan dalam dan luar pasar, ujar Wali Kota Rai Mantra.
Demikian pula pemerintah kabupaten lainnya di Bali wajib melaksanakan perannya, yakni pasar-pasar yang dikelola oleh perusahaan daerah (PD) Pasar maupun desa adat wajib juga direvitalisasi dan ditata.
Dengan demikian mampu merangsang pasar tradisional untuk maju dan berkembang, sekaligus bersaing di tengah gempuran pasar-pasar modern.
Sebab pasar tradisional selain merupakan sumber kehidupan banyak orang, juga merupakan kebiasan yang diwarisi secara turun-temurun, sehingga pasar tradisional tidak boleh mati, sehingga harus tetap dapat dipertahankan.
Digarap Bertahap
Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menanggapi keluhan Ketua Asosasi Sopir Angkutan Freelance Pariwisata Bali Wayan Suata yang mengeluhkan ketidaknyamanan pelayanan pasar tradisional menjelaskan, Pemerintah Provinsi Bali pada 2014 mulai merevitalisasi pasar-pasar tradisional.
Upaya yang dilakukan secara bertahap itu dengan harapan mampu menjadikan pasar-pasar tradisional layaknya pasar modern, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi masyarakat yang akan berbelanja, termasuk wisatawan dalam dan luar negeri.
Hal itu dilakukan untuk memberikan dorongan kepada pemerintah kabupaten dan kota, karena pasar tradisional sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
Upaya revitalisasi pasar tradisional itu menyangkut perubahan bentuk pasar hingga pembenahan peturasan (toilet) sehingga pengunjung maupun wisatawan asing yang datang dapat berbelanja dengan nyaman.
Hal itu dilakukan mengingat pasar modern yang keberadaannya telah menjamur sudah menerapkan efisiensi dan manajemen dengan perhitungan sangat teliti, sehingga dari sisi bentuk, kebersihan dan harga benar-benar dapat memberi kepuasan bagi pembeli.
Prinsip-prinsip seperti itulah wajib ditiru dalam merevitalisasi pasar tradisional.
Gubernur Pastika menyadari keberadaan pasar tradisional yang terkesan jorok akan membuat malu para pemandu dan sopir pariwisata, selain dapat memberikan citra yang tidak baik bagi kepariwisataan di Pulau Dewata.
Dengan nanti sudah direvitalisasi, walaupun para pedagang di pasar tradisional tidak memberikan komisi kepada pemandu wisata, minimal tempat itu dapat dibanggakan di mata turis, kata Gubernur Pastika. (ADT)