Denpasar (Antara Bali) - Inflasi di Kota Denpasar, Bali selama periode Januari-Desember 2013 mencapai 7,35 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 4,71 persen maupun pada 2011 hanya 3,75 persen.
"Peningkatan inflasi yang cukup signifikan itu dipicu kebijakan pemerintah menaikkan bahan bakar minyak (BBM)," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Amirrudin SSI MMSI di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, khusus Desember 2013 inflasi tercatat 0.49 persen, sebagian besar akibat pengaruh momentum Natal dan tahun baru 2014.
"Meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2014 serta minimnya produksi pertanian terkait musim hujan membuat naiknya harga bahan kebutuhan, khususnya pada kelompok bahan makanan sekaligus menjadi pendongkrak dominan angka inflasi Desember 2013," tutur Amirudin.
Ia menambahkan, kenaikan indeks pada Desember lalu terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,46 persen. Penyumbang inflasi lainnya didongkrak oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,92 persen.
Selain itu juga kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,06 persen. Sementara kelompok lainnya mengalami penurunan indeks, diantaranya, kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen dan kelompok sandang 0,12 persen.
Amirudin menjelaskan pada Desember lalu komoditi yang mengalami lonjakan harga pada bahan makanan adalah bawang merah, sawi hijau, kacang panjang, bawang putih, telur ayam ras, cabai rawit dan tomat buah.
Dari 66 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 61 kota mengalami inflasi dan lima kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 2,69 persen dan terendah di Tanggerang dan Palembang sebesar 0,04 persen.
Denpasar sendiri menempati urutan ke 34 dari 61 kota yang mengalami inflasi pada Desember 2013, ujar Amirudin. (LHS)