Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wagub Ketut Sudikerta beserta istri terlihat berbaur dengan ribuan masyarakat untuk melakukan persembahyangan bersama di pelataran Pura Agung Besakih pada ritual Betara Turun Kabeh Purnama Kapat, Sabtu malam.
Wakil Bupati Karangasem I Made Sukarena SH, Ketua KPUD Bali Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi ST, dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemprov Bali juga ikut ambil bagian dalam kegiatan ritual tersebut.
Gubernur Mangku Pastika mengatakan kegiatan ritual pada hari purnama merupakan persembahyangan yang rutin dilakukan bersama jajaran SKPD di sela-sela kesibukan rutinitas.
Menjawab pertanyaan salah seorang pemangku pura tersebut tentang isu kawasan Besakih menjadi kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) seusai kegiatan ritual itu, Gubernur Pastika menjelaskan bukan pihaknya yang mengusulkan hal itu.
"Bukan saya sebagai Gubernur yang memasukkan Besakih sebagai KSPN," ujarnya seraya menambahkan kewenangan menetapkan sebuah kawasan menjadi KSPN tidak ada di tangan Gubernur, melainkan kewenangan pemerintah pusat setelah melalui kajian mendalam.
Ia juga menjelaskan sejumlah keuntungan jika sebuah kawasan itu masuk KSPN, di antaranya bantuan dan perhatian yang akan diterima oleh kawasan bersangkutan.
Mendengar penjelasan Gubernur, pemangku pura yang mengajukan pertanyaan itu sangat mengapresiasi dan berharap yang terbaik untuk kawasan yang sangat disucikan dan dihormati oleh masyarakat Bali tersebut.
"Yang kami harapkan kesucian Pura tetap terjaga, itu saja," katanya.
Besakih selalu menebar kedamaian bagi masyarakat Pulau Dewata. Umat Hindu Bali meyakini di pura agung itulah para dewa-dewi bertahta dan turun ke mayapada membebaskan manusia dari musibah dan bencana.
Karena itu, kesucian dan kesakralan pura terbesar dan termegah di Pulau Dewata itu senantiasa terjaga hingga sekarang.
Pura yang terletak di kaki Gunung Agung itu, wilayah Kabupaten Karangasem Bali timur, 80 km timur Denpasar itu selalu menjadi pusat kegiatan ritual umat Hindu, termasuk upacara "Betara Turun Kabeh" (dewata turun semua) yang digelar setiap tahun pada "purnama kedasa" (bulan purnama ke sepuluh).
Kharisma Besakih tidak hanya dikagumi umat Hindu di Bali, namun juga wisatawan Nusantara dan mancanegara. Mereka selalu menyempatkan diri untuk bertandang ke Besakih, jika berlibur Pulau Dewata.
Pura yang terdiri atas beberapa kompleks bangunan suci yang menjadi satu-kesatuan itu tak terpisah itu, pondasinya konon dibangun oleh Rsi Markandeya dari India pada zaman pemerintahan Raja Sri Udayana Warmadewa (1007 Masehi).
Besakih tercatat dalam prasasti Purana dan lontar sebagai tempat ber-istana para dewa. Besakih mempunyai fungsi paling penting di antara pura-pura lainnya di Pulau Dewata. (WRA)