Denpasar (Antara Bali) - Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bali Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana mengatakan peningkatan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) di Pulau Dewata tidak otomatis mencerminkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
"Untuk menilai keberhasilan pembangunan di Bali, tidak bisa semata-mata melihat dari PDRB dan pendapatan perkapita. Bisa saja pendapatan penduduk yang kaya raya dengan jumlah persentasenya kecil, berkontribusi lebih dari 80 persen pada PDRB. Sementara sisanya disumbang oleh masyarakat luas yang masih saja tetap miskin," katanya di Denpasar, Selasa.
Pertumbuhan PDRB Bali pada triwulan II/2013 bedasarkan harga berlaku mencapai Rp23,16 triliun atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp22,05 triliun.
Ia menambahkan, PDRB hanya salah satu indikator ukuran kesejahteraan masyarakat di satu daerah. Untuk mengukur kesejahteraan suatu masyarakat sebenarnya yang paling baik digunakan adalah dari sisi pemerataannya.
"Jika pendapatan merata dan itu di atas standar yang ditetapkan, berarti kesejahteraan masyarakat tersebut sudah tercapai. Meski PDRB Bali naik, namun sayangnya dari sisi pemerataannya belum terjadi dan jelas terlihat dari masih tingginya jumlah penduduk miskin serta pengangguran," katanya.
Raka mengatakan pertumbuhan ekonomi Bali yang disokong dari sektor perdagangan hotel dan restoran terkesan sudah mengalami perbaikan. Tetapi masih terlihat pula banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan dan pengangguran terselubung di mana-mana.
"Untuk itu keberhasilan pembangunan di suatu daerah, tidak bisa semata-mata melihat dari PDRB atau pendapatan perkapita, namun dari sisi pemerataan sesuai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)," ujarnya.(LHS)
Peningkatan PDRB Tak Cerminkan Kesejahteraan Rakyat Bali
Selasa, 3 September 2013 16:24 WIB