Denpasar (Antara Bali) - Tiada hari tanpa alunan instrumen musik tradisional (gamelan) mengiringi kelincahan dan olah tubuh sang penari. Alunan musik dan gerak tari menyatu dalam kehidupan yang kaya nuansa serta cita rasa keindahan Pulau Dewata.
Menabuh gamelan dan aneka tari merupakan rutinitas kehidupan orang Bali yang mengasyikan, dilakoninya dengan suka cita, karena mereka beranggapan kesenian merupakan persembahan, ibadah sekaligus ekspresi estetik.
Legong salah satu dari puluhan jenis tari Bali cukup mengagumkan, tari yang awalnya tumbuh dalam lingkungan keraton (kerajaan) ditarikan oleh gadis-gadis belia.
Dengan keindahan hiasan di kepala, dilengkapi busana keemasan itu bertutur tentang cinta, kedamaian maupun keindahan flora. Geraknya yang luwes, penuh semangat mampu mengundang decak kagum penonton.
Bagi siapa saja yang pernah menyaksikan gaya ungkapan gamelan kebyar atraktif dan menghentak-hentak itu mungkin sulit melupakan kecemerlangan musik tradisional Bali.
Seperti namanya gamelan Bali, mudah dijumpai kapan dan di mana saja termasuk di banjar-banjar (dusun) di lingkungan wilayah Kota Denpasar, ibukota Provinsi Bali, yang memang penuh gebyar.
Gamelan Bali yang didominasi instrumen perkusif itu diidentifikasikan sebagai musik Bali modern yang enerjik dan riuh mempesona. Kekayaan seni tabuh dan tari Bali yang berkembang hingga sekarang merupakan kristalisasi dari berbagai unsur budaya,
Salah satu keunikan seni budaya Bali itu memberikan inspirasi dan dorongan Wali Kota Katsuragi, Jepang, Kazuya Yamashita menjajaki kerja sama budaya dan kesenian dengan Pemerintah Kota Denpasar.
"Dari hasil pertemuan itu, kami telah sepakat melakukan kerja sama mulai dari bidang kebudayaan dan seni karena dapat dipahami bersama antara Kota Denpasar dan Katsuragi, Jepang banyak memiliki kesamaan budaya," tutur Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra seusai menerima kunjungan Kazuya Yamashita, di ruang kerjanya pekan lalu.
Rai Mantra, putra mantan Gubernur Bali Prof Dr Ida Bagus Mantra (alm) itu menjelaskan, seni kaligrafi Jepang dan Baligrafi serta musik Taiko Jepang dan seni kendang Bali sangat mungkin untuk dikolaborasikan sehingga dari sana dapat menghasilkan karya seni yang mengagumkan.
Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali sekaligus pusat pemerintahan, pendidikan, dan bisnis dengan jumlah penduduk mendekati 800 ribu jiwa serta luas wilayah 127,75 kilometer persegi, memiliki berbagai kreativitas seni dan budaya masyarakat.
Potensi itu dapat terus dikembangkan dan dipertahankan sehingga bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat. Salah satu cara pengembangan kreativitas tersebut adalah dengan terus merayakan Tumpek Klurut, sebagai suatu momentum dan penghormatan secara massal terhadap seni tabuh.
Kota Denpasar sama halnya dengan Kota Katsuragi Jepang memiliki zona kawasan peninggalan sejarah atau "heritage" yakni dari Puri Pemecutan, kawasan Gajah Mada, Patung Catur Muka Denpasar, menuju kawasan Inna Bali Hotel, dan berakhir di kawasan Puri Satria.
Masyarakat setempat memiliki kepedulian yang tinggi untuk tetap melestarikan dan mengembangkan ragam budaya untuk menjadikan Kota Denpasar sebagai anggota tetap The Organizational of World Haritage City (OWHC) yang melibatkan 250 kota di dunia.
Di Indonesia hanya ada dua kota yang telah diakui sebagai anggota tetap OWHC, selain Bali adalah Surakarta, Jawa Tengah.
Festival Kesenian
Wali Kota Katsuragi Jepang Kazuya Yamashita dalam kunjungan kedua kalinya ke kota Denpasar itu mengundang Wali Kota Denpasar agar mengajak tim keseniannya ikut ambil bagian dalam kegiatan festival kesenian di Katsuragi Jepang.
Demikian pula sebaliknya tim kesenian Katsuragi Jepang dapat berpartispasi pada kegiatan Denpasar Festival yang digelar secara berkesinambungan setiap tahun pada bulan Desember.
Pemkot Denpasar memberikan apresiasi dengan harapan dapat ditindaklanjuti dalam merealisasi terwujudnya kota kembar bidang budaya lintas negara, khususnya Kota Denpasar, Bali, Indonesia dengan Kota Katsuragi Jepang.
Budayawan Bali yang juga mantan dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana Wayan Geriya yang dipercaya sebagai ketua tim penulisan buku "Jelajah Keris Bali Pusaka Budaya Nusantara" yang digagas Wali Kota Denpasar menilai, Denpasar tidak hanya menjadi anggota tetap OWHC, namun juga tercakup dalam jejaring Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Penerbitan buku tentang keris tersebut dilantarbelakangi begitu besarnya kepedulian masyarakat Bali, khususnya Kota Denpasar terhadap keris sebagai representasi ageman jatidiri.
Selain itu juga memiliki fungsi sosial, nilai kultural spiritual dan taksu, sekaligus bukti respon kreatif terhadap penghargaan UNESCO yang telah menetapkan keris sebagai warisan budaya yang ditetapkan sejak 2005.
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menilai buku berjudul "Jelajah Keris Bali" sebagai satu karya monumental bidang pustaka budaya, sekaligus memberikan apresiasi karena memperoleh momentum yang tepat tentang dinamika Kota Denpasar sebagai kota kreatif dan kota pusaka yang mengedepankan wawasan budaya.
Makna esensial untuk memperkokoh kehidupan harmoni dan bhakti antara manusia terhadap tuhan, alam dan sesama manusia searah dengan filosofi "Tri Hita Karana" dan diharapkan buku itu mampu memenuhi ekspektasi publik dalam penguatan dimensi spiritual masyarakat dan bangsa.
Selain itu mengokohkan jati diri dan ageman diri sebagai manusia berkarakter memiliki ketajaman pikiran rasa dan nurani, sekaligus mampu menumbuh kembangkan toleransi, sikap paras-paros berwawasan multikultural dan mengapresiasi nilai-nilai publik yang luhur dan damai.
Kunjungi kampus ISI
Wali Kota Katsuragi, Jepang, Kazuya Yamashita dan rombongan serangkaian kunjungannya di Kota Denpasar juga menyempatkan diri melihat dari dekat kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang lokasinya bersebelahan dengan Taman Budaya Denpasar, pusat pengembangan kesenian Bali.
Rektor ISI Denpasar Dr Gede Arya Sugiartha memberikan apresiasi atas kunjungan tamu dari Negeri Sakura sekaligus mengajarkan kursus singkat tentang tabuh dan tari Bali kepada rombongan yang menyerta Wali Kota tersebut.
Mahasiswa asal Jepang yang kebetulan kuliah di ISI Denpasar Kikuchi Mai dan Tashiro Cia didampingi mahasiswa ISI lainnya beserta instruktur Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST MSi dengan diiringi penabuh mahasiswa warga negara asing Rupert Snook.
Sejumlah mahasiswa warga negara asing kuliah di ISI Denpasar dalam program Dharmasiswa, yakni program pemerintah Republik Indonesia untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia.
Mahasiswa asal Jepang yang mendalami tabuh dan tari Bali di lembaga pendidikan tinggi seni di Pulau Dewata umumnya menjadi motivasi bagi mahasiswa asing lainnya yang datang dari berbagai negara di belahan dunia.
Mahasiswa dari negeri Matahari Terbit itu sangat rajin dan tekun sehingga mampu menjadi taulandan bagi mahasiswa asing lainnya dalam mempelajari tabuh dan tari Bali.
Wali Kota Katsuragi, Jepang, Kazuya Yamashita mengungkapkan kegembiraanya bisa berkunjung ke kampus ISI Denpasar serta diterima dengan baik.
"Kedepan saya harapkan delegasi dari ISI Denpasar dapat hadir dan pentas di Katsuragi Jepang", harapnya.
Hubungan dan jalinan kerja sama antara ISI Denpasar dengan Jepang selama ini telah terjalin sejak lama, karena ISI Denpasar telah menjalin kerja sama dalam bentuk MoU dengan Tokyo University of the Arts, Okinawa University, Kanda University, dan Ochanimatsu University.
"Kerja sama itu tidak sebatas pada sesama University, tetapi juga dengan berbagai pihak yang mendukung salah satunya pemerintahan, " ujar Gede Arya Sugiartha seraya berharap dengan semakin meluasnya jaringan ISI Denpasar dapat menunjang visi misi kampus ISI menjadi pusat unggulan budaya dan seni pada tahun 2020. (*/ADT)
Denpasar-Katsuragi Kota Kembar Budaya Lintas Negara
Minggu, 1 September 2013 22:30 WIB