Museum yang disegani masyarakat dan wisatawan memang tidak pernah sepi dari aktivitas seni dan budaya, meskipun benda-benda yang dikoleksinya itu sarat dengan warisan seni budaya bangsa.
Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa yang berlokasi di Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, 45 km timur Kota Denpasar menggelar berbagai kegiatan secara terjadwal, sehingga museum yang dikelolanya itu terus "hidup".
Museum yang dirintis dan dikelola oleh Dr HC Nyoman Gunarsa, Maestro seniman Bali pada April tahun lalu sukses menggelar Internasional Festival Bali Bangun sebagai upaya meningkatkan mutu seni lukis klasik Bali, sekaligus mensejajarkan dengan pelukis-pelukis dari berbagai negara di belahan dunia.
Museum yang mengoleksi ratusan lukisan klasik,patung, keris dan benda budaya lainnya hasil buruan ke berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara itu kembali akan menggelar kegiatan antarbangsa "International Festival of Balinese Language (IFBL).
Kegiatan itu melibatkan utusan dari sembilan negara meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Prancis, Belgia, Amerika, Jepang dan India serta tuan rumah Bali selama tiga pekan mulai 8 Nopember 2013, tutur Nyoman Gunarsa.
Suami dari Nyonya Indrawati itu menambahkan, kegiatan tersebut diawali dengan pawai sastra budaya, pembacaan puisi/prosa berbahasa daerah Bali, bercerita menggunakan Bahasa Daerah Bali, menyanyi bahasa Bali, pementasan drama berbahasa Bali serta pameran buku langka Bali dan prasi lontar.
Lewat kegiatan itu diharapkan mampu memperkaya khasanah Bahasa Bali sehingga tidak tercabut dari akarnya, sekaligus memberikan masukan dalam memuliakan, mengembangkan dan melestarikan bahasa daerah Bali.
Demikian pula mampu menyebarluaskan kepada dunia internasional tentang hakekat bahasa Bali dan sastra di dalam dunia pendidikan untuk membentuk karakter bangsa, sekaligus memperkaya khasanah budaya dunia.
Bahasa Ibu Bergeser
Nyoman Gunarsa yang menggagas sekaligus melaksanakan "International Festival of Balinese Language dilandasi atas perkembangan generasi muda Bali yang secara pelan dan pasti, mulai tidak tertarik dengan bahasa Bali sebagai bahasa ibu dalam pergaulan sehari-hari.
Lebih-lebih dengan adanya pengaruh global dalam pariwisata Bali mampu menggeser peran bahasa ibu (bahasa daerah Bali) dalam pergaulan, sehingga perlu upaya mendesak untuk menyelamatkan bahasa daerah Bali.
Jika tidak segera diantisipasi bisa menghancurkan peradaban orang Bali yang selama ini sudah tersohor di dunia internasional. Lebih-lebih pemerintah tidak lagi mencantumkan bahasa Daerah Bali dalam kurikulum pendidikan khususnya di Pulau Dewata sebagai bahasa ibu.
Padahal masyarakat setempat mempunyai hubungan erat dengan agama Hindu yang dianut serta penciptaan, seni budaya "Adhi Luhung" bisa tenggelam.
Bahasa daerah Bali merupakan sumber dari segala penciptaan, karena tanpa adanya tali komunikasi yang khas itu, tidak akan mungkin manusia Bali itu melahirkan karya-karya seni budaya yang Agung dan dikagumi masyarakat internasional.
Demikian juga seni rupa dan karya-karya seni lainnya ciptaan manusia adalah merupakan suatu bahasa, bisa berupa bahasa lukisan, patung, tari, musik dan seni sastra.
Semua itu merupakan alat berkomunikasi paling ampuh antarmanusia di Pulau Dewata. Seni sastra yang menjadi dasar dari segala ilmu pengetahuan antara manusia sekaligus dewanya ilmu pengetahuan dan seni.
Sumber Inspirasi
Gunarsa menilai puncak-puncak seni budaya daerah yang tersebar di seluruh Nusantara merupakan akar dan sumber inspirasi seni budaya bangsa Indonesia yang harus tetap dipelihara dengan baik.
Puncak-puncak seni budaya daerah merupakan karya Nasional bangsa Indonesia, begitu juga seni budaya nasional Indonesia tidak akan ada tanpa didukung seni budaya daerah.
Bali meskipun pulau kecil, namun sangat unik dan terkenal serta menjadi kekaguman masyarakat dunia untuk ikut mempopulerkan Indonesia karena memiliki bahasa Bali tersendiri.
Demikian pula huruf Bali, filsafat Bali dan juga seni lukis klasik Bali yang sangat banyak menginspirasi tokoh-tokoh dunia dalam melestarikan dan menjaga kedamaian dunia,
Misalnya konsep Bali "Tri Hita Karana", "Rue Bineda", "Asta Berata", "Tatwam Asi", "Men Brayut", Sutasoma dan ceritera Tantri merupakan kearifan lokal Bali telah menjadi rujukan masyarakat luas di dunia karena mengandung nilai universal.
Bali betul-betul merupakan suatu contoh penting sebagai "emeralnya budaya" di dunia internasional, karena memiliki tatanan seni budaya yang lengkap, walaupun kecil pulaunya.
Demikian pula masyarakat pendukung tidak begitu besar, namun mengandung makna luar biasa dalam penyempurnaan peradaban dunia, ujar Nyoman Gunarsa. (LHS)
Museum Gunarsa Kembali Gelar Festival Internasional
Minggu, 18 Agustus 2013 17:46 WIB