Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah sopir angkutan kota di Denpasar menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi karena dianggap sangat memengaruhi perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Dengan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi tentu harga kebutuhan pokok juga akan mengalami kenaikan dan secara otomatis beban hidup masyarakat semakin meningkat," kata Made Sujana selaku koordinator sopir angkot di Terminal Ubung, Selasa.
Menurut dia, saat ini jumlah penumpang terus mengalami penurunan, dari sekitar 20 angkutan trayek Denpasar-Singaraja harus menunggu giliran mengangkut penumpang.
Kemungkinan setiap sopir mendapat giliran satu minggu hingga 10 hari sekali mengangkut penumpang dan belum tentu penumpangnya penuh.
"Dengan kondisi seperti itu terjadi kenaikan BBM bersubsidi, bisa dibayangkan dampaknya seperti apa nanti," tegasnya.
Terkait dengan tarif, pihaknya belum bisa memastikan adanya kenaikan harga karena kondisi penumpang yang sepi takut terjadi penurunan jumlah penumpang yang berkepanjangan.
Budiono, selaku sopir angkot lainnya, juga sangat menyayangkan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada saat perekonomian masyarakat tidak stabil.
"Sulit dibayangkan dampak dari kenaikan BBM bersubsidi tersebut terutama terhadap jumlah penumpang dan kenaikan harga barang lainnya," tegasnya. (WRA)