Denpasar (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali bersama jajaran kabupaten/kota memanfaatkan momentum masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) untuk sosialisasi mengenai pemilihan umum (Pemilu) kepada para calon pemilih pemula.
“Iya, kami ambil momentum ini, bahkan sudah berjalan ke sekolah-sekolah,” kata Komisioner KPU Bali I Gede John Darmawan di Denpasar, Rabu.
Hingga hari ketiga MPLS, hampir 100 SMA/SMK telah diberikan materi oleh KPU Bali, tersebar di Kota Denpasar 20 sekolah, Kabupaten Badung lima sekolah, Tabanan empat sekolah, Jembrana 11 sekolah, Buleleng 10 sekolah, Bangli enam sekolah, Karangasem 12 sekolah, Klungkung tujuh sekolah, dan Gianyar 16 sekolah.
“Ini yang sudah dan sedang berlangsung, jadwal MPLS kan 21-25 Juli dan ada beberapa SMA/SMK yang membuat jadwal setelah MPLS semacam sesi pembekalan P5 dan ada juga yang saat pra MPLS sudah kami beri materi,” ujar Gede John.
Baca juga: MPLS kenalkan sekolah ramah dan inspiratif di Badung
KPU Bali mengaku sengaja menyasar siswa baru sebab mereka yang memasuki usia 15 tahun itu akan menjadi pemilih pemula pada Pemilu 2029.
Mengingat masih panjangnya jalan menuju pemilihan umum, penyelenggara pemilu dalam sosialisasinya tidak berfokus pada edukasi pemilihan untuk mencari partisipasi pemilih, melainkan edukasi demokrasi.
Komisioner divisi partisipasi masyarakat dan sumber daya manusia itu menjabarkan edukasi yang diberikan untuk calon pemilih pemula dari generasi Z berupa penyadaran pentingnya demokrasi hingga diadakannya pemilu.
“Sebagai penyelenggara kami tidak bicara soal partisipasi pemilih nanti 2029 ya tapi kepada proses penyadaran pentingnya demokrasi, pentingnya berdemokrasi, dan dilaksanakan pemilu, harapannya mereka paham karena ketika sudah paham akhirnya mau terlibat,” kata Gede John.
Baca juga: Pemkot Denpasar ingin MPLS SMP bangun iklim pendidikan inklusif
KPU Bali dan jajaran melihat tahun ini ada tantangan tersendiri dalam mengedukasi calon pemilih pemula, yaitu selain ini pengalaman pertama mereka, jarak usia mereka dengan pemilihan berikutnya yang cukup jauh membuat mereka belum sadar dengan demokrasi apalagi pemilu.
“Kami lihat dan dari laporan buat mereka (siswa) malah tidak tahu apa-apa tentang demokrasi, bahwa mereka generasi sekarang ini tidak menganggap proses demokrasi dan pemilu itu penting, mereka belum mengalami itu, tantangannya di situ membuat pemantik baru kepada mereka,” ujarnya.
Antusias mereka untuk belajar juga dilihat baik, ini terlihat dari respons mereka saat diskusi interaktif yang juga menjadi evaluasi penyelenggara dalam menyampaikan pesan-pesan demokrasi.
KPU Bali berharap hingga penghujung MPLS nanti semakin banyak sekolah yang bisa didatangi sehingga menambah pemahaman calon pemilih dan membantu kerja-kerja penyelenggara ke depan.
