Denpasar (ANTARA) - Dua pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Bali dalam debat kedua pilkada setempat menawarkan gagasan berbeda untuk penanganan krisis air bersih di sejumlah daerah.
Calon Gubernur Bali Nomor Urut 02 Wayan Koster di Denpasar, Sabtu, sebagai penanggap pertama menawarkan perluasan pipanisasi dari sumber air ke daerah krisis.
“Prioritas kami bagaimana distribusi air, program pipanisasi dari sumber air ke wilayah-wilayah kering terutama hotel atau usaha wisata bisa terpenuhi dan melakukan larangan mengambil air tanah yang merusak ekosistem,” kata dia.
Menurutnya pipanisasi adalah solusi, sebab di beberapa titik di Bali seperti Karangasem terjadi krisis air bersih di Kubu namun melimpah sumber air di Abang, Rendang, dan Bebandem.
Begitu pula di kawasan pariwisata, dimana sebenarnya Bali tidak kekurangan air dan debit air melebihi kebutuhan.
“Di Karangasem ada bendungan harus dilakukan pipanisasi ke wilayah Kubu agar disana 5 tahun ke depan tuntas masalah air bersihnya, begitu juga di Tejakula, Buleleng,” ujarnya.
Sementara itu, Calon Gubernur Bali Nomor Urut 01 Made Muliawan Arya menawarkan desalinasi atau perubahan air laut menjadi tawar.
Dari catatannya, di Bali Selatan banyak hotel yang mengambil air dari air tanah, senada dengan Wayan Koster menurutnya ini harus dihentikan.
Namun gagasannya pipanisasi bukan solusi, melainkan desalinasi air laut, reboisasi di Bali Selatan, dan penanaman biopori massal.
“Penanaman biopori masal setiap hotel-hotel, juga instruksikan kepada masyarakat menanam biopori masal, selanjutnya air laut kami ubah jadi air tawar, juga harus pembuatan tempat penampungan air untuk air hujan,” ujarnya.
Kedua paslon Pilkada Bali dipertemukan oleh KPU Bali dalam debat kedua dengan tema Menyikapi Dinamika Otonomi Daerah dengan lima subtema di dalamnya.
Baca juga: Mulia-PAS manfaatkan satu jalur buat dapat dana alokasi khusus
Baca juga: Koster tegaskan lagi alasan tolak Israel buntut diungkit dalam debat
Baca juga: KPU Bali gelar debat ke-2 pilkada bagian dari kampanye