Denpasar (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali telah menerima empat usulan materi isu strategis untuk pelaksanaan debat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Bali 2024.
“Beberapa usulan sudah masuk, seperti misalnya isu transportasi, lingkungan, ekonomi, dan kebudayaan, nanti kami membentuk panelisnya,” kata Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan di Denpasar, Kamis.
Dia mengatakan usulan materi debat Pilgub Bali ini berasal dari sejumlah organisasi dan kalangan masyarakat, seperti asosiasi di bidang transportasi, pemerhati lingkungan, dan pengamat budaya.
Nantinya, kata dia, KPU Bali membentuk panelis yang berasal dari lembaga pendidikan dan asosiasi terkait topik, kemudian mengkurasi isu sesuai tingkat kepentingannya.
“Nanti kami bahas dulu pada rapat kelompok kerja, baru petakan lagi, seperti isu transportasi di Bali tentang bagaimana macetnya Bali sekarang. Nah, nanti kami menanyakan ke para kandidat jadi masyarakat bisa menentukan pilihan,” ujar Lidartawan.
Rencananya kegiatan debat Pilgub Bali 2024, kata dia, akan dilakukan sebanyak tiga kali, namun masih dapat berubah, sementara temanya masih menunggu Peraturan KPU tentang kampanye.
Tetapi, menurut dia, secara garis umum debat calon kepala daerah pilkada serentak 2024 akan linear dengan rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang masing-masing daerah.
"Seperti halnya Bali yang saat ini sudah memiliki peraturan daerah yang mengatur rencana pembangunan 100 tahun ke depan, sehingga visi misi gubernur dan isu strategis yang akan dipaparkan dalam debat tidak akan melenceng," ujarnya.
Dia mengatakan Isu strategis yang akan diajukan kepada calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali akan dikemas berbeda dari debat pemilu biasanya.
Menurut dia, KPU Bali merancang konsep debat bak paruman atau rapat adat di Pulau Dewata, yakni para kandidat akan duduk bersila dan memaparkan gagasannya tanpa disoraki pendukung satu sama lain.
"Penyelenggara tidak akan menyediakan podium, tidak ada teriakan, sehingga tidak ada gangguan bagi masyarakat yang menonton dari rumah masing-masing atau menggelar nonton bareng," ujarnya.
Lidartawan mengatakan konsep ini ingin mengembalikan Bali seperti zaman dahulu, di mana pemilihan adat dilakukan dengan masyarakat dan para calon duduk tenang saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain.
“Jadi saya ingin kampanye itu maknanya kembali kepada tradisi budaya kita, berdialog, berdebat dengan sopan santun, tidak harus teriak-teriak, banyak massa yang banyak menghabiskan anggaran juga,” ujarnya.
Baca juga: KPU Bali: Tahapan coklit data pemilih pilkada capai 95 persen