Denpasar (Antara Bali) - Bali mengembangkan 40 unit pola pertanian terpadu (terintegrasi) yang melibatkan berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam tahun 2010.
"Pengembangan berbagai komoditi pertanian dan perkebunan dilakukan dengan sistem tumpang sari, termasuk sektor peternakan dan perikanan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Made Sudharta, di Denpasar Minggu.
Ia mengatakan, khusus untuk komoditi perkebunan, pengembangan tanaman sesuai potensi yang tersedia, antara lain kopi, kakao, jambu mete, dan pohon nilam.
"Pengembangan itu dilakukan secara terpadu dengan instansi lain, seperti peternakan, sehingga satu sama lain saling mendukung," ujar Made Sudharta.
Dari sekian banyak komoditi perkebunan yang sangat berpeluang untuk mendukung pola pertanian terintegrasi adalah jamu mete dan kopi.
Pengembangan dua komoditi unggulan itu didukung usaha peternakan sapi, sehingga petani tidak perlu membeli pupuk untuk menyuburkan tanaman bernilai ekonomis tinggi.
Pengembangan pertanian terintegrasi yang digagas Gubernur Bali Made Mangku Pastika sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani itu mendapat dukungan dari APBD Bali.
"Pola tersebut dalam tahun 2009 sudah dibuatkan proyek percontohan pada sepuluh lokasi dengan dukungan dana sebesar Rp2 miliar atau masing-masing unit sebesar Rp200 juta," katanya.
Adanya proyek percontohan itu diharapkan pembangunan terpadu dalam tahun 2010 ini tidak menghadapi hambatan dan kendala karena petani sudah memiliki pengalaman.
Petani sebelum mengembangkan pola pertanian terintegrasi itu terlebih dahulu diharapkan bisa melihat dari dekat aktivitas petani dalam mengembangkan pola terpadu, baik menyangkut sektor perkebunan, peternakan, perikanan maupun mengembangkan tanaman sela," ujar Made Sudharta.(*)