Badung (ANTARA) - UPTD Tahura Ngurah, Bali, kembali mendapat tambahan 1.000 bibit mangrove dari Perum Bulog untuk kawasan Bendung Gerak Tukad Mati, Kuta, guna membantu menjaga ekosistem laut.
“Ini sangat bermanfaat bagi peningkatan pelestarian kawasan hutan mangrove, karena seberapa pun yang ditanam mereka akan tumbuh dengan baik dan akan meningkatkan ekosistem. Mudah-mudahan akan terus berlanjut kedepannya,” kata Kepala UPTD Tahura Ngurah Rai I Ketut Subandi di Kabupaten Badung, Jumat.
Saat ini dari 1.373,5 hektare luasan Tahura Ngurah Rai, kata dia, sebanyak 80 persen telah tertutupi bakau dan dengan bantuan bibit ini tersebut semakin memperluas tutupan.
Ketika usianya cukup, lanjutnya, satu bibit pohon akarnya akan melebar dan menghidupi banyak biota di bawahnya. Diakuinya, belum ada kajian soal kebermanfaatan satu pohon, namun mangrove dipastikan mampu menyerap karbon empat kali lipat lebih banyak dari tumbuhan lain.
UPTD Tahura Ngurah Rai yang membawahi 12 kelompok nelayan, kata dia, berterima kasih atas bantuan bibit tersebut. “Seperti Kelompok Nelayan Prapat Agung Magening, Pata Sari, Kuta, ini mereka tidak jauh lagi melaut, mereka cukup memanfaatkan potensi udang, ikan, maupun kepiting yang ada di sini, sudah cukup menghidupi," katanya.
Hal itu membuat kesadaran masyarakat dalam menanam bibit mangrove semakin tinggi, bahkan saat ini tidak ada lagi yang berani menebang atau merusak hutan mangrove. Mereka justru membantu pemasangan dan perawatan tumbuhan ketika mendapat bantuan.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan sengaja memilih Bali dan penanaman mangrove dalam program tanggung jawab sosial lingkungan kali ini.
“Ini bagian dari implementasi atas program BUMN untuk Indonesia, jadi bukan hanya di daratan tapi juga ada di lautan. Ini adalah perlindungan terhadap ring daratan dari abrasi maupun ombak dari lautan jadi kita menjaga ekosistem,” katanya.
Atas kegiatan itu Perum Bulog mendapat apresiasi dari anggota Komisi IV DPR RI I Made Urip yang hadir langsung dalam penanaman 1.000 bibit tanaman bakau itu.
“Biasanya kita tahu Bulog bukan peduli lingkungan, tapi urusan pangan dan ini sekarang menjadi terobosan dari mereka untuk lingkungan menuju pembangunan berkelanjutan,” kata Urip.
Anggota dewan itu bercerita soal kondisi lahan yang menipis karena banyaknya penebangan sejak Orde Baru. Namun kondisi hari ini mulai membaik karena tren menebang kini dibarengi dengan tren menanam, dan salah satu yang perlu diperhatikan adalah kawasan mangrove sebagai sabuk pengaman ketika terjadi tsunami.
Baca juga: Gubernur Bali akui tak mudah bersihkan sampah di Sungai Tahura
Baca juga: Nelayan pungut 3 ton sampah plastik per minggu di hutan mangrove
Baca juga: TNI dan Polri tanam 2.000 mangrove untuk lestarikan pantai Bali