"Invest waktu untuk ngobrol dengan anak supaya trust (rasa percaya) anak kepada orang tua bisa dibangun," kata Ellen dalam diskusi memperingati Pekan Kesehatan Remaja Internasional yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan obrolan yang dibangun bukan hanya obrolan singkat, namun harus berupa obrolan mendalam (deep talk) terutama pada remaja awal usia 12-15 tahun.
Ellen mengatakan, fase remaja adalah fase pencarian identitas diri dimana para remaja selalu bertanya siapa dirinya dan akan sering terjadi perubahan emosional pada diri anak.
Maka, peran orang tua sangat penting di fase ini agar anak tidak menghindar, melarikan diri, serta mengambil jalan pintas yang seolah-olah menyelesaikan permasalahannya padahal justru memperburuk keadaan, tambah dia.
"Remaja sulit mengekspresikan perasaan, maka kita sebagai orang tua harus lebih dahulu memulai. Dengarkan anak supaya anak mau ngobrol lagi dengan orang tuanya" sambung Ellen.
Menurutnya, seorang anak tidak serta-merta langsung memiliki kedekatan dengan orang tua. Kedekatan itu dibangun melalui proses yang panjang sedari bayi.
Salah satu cara lain selain mengobrol dengan anak adalah dengan memberikan pernyataan positif, pujian (positive statement) untuk membangkitkan motivasi anak sekaligus menimbulkan rasa percaya anak kepada orang tua.
Pada kesempatan itu, Ellen juga mengatakan jika fase remaja yang berisiko ini tidak dilewati dengan baik, maka bisa berakibat buruk pada anak di masa depan.