Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster meminta Majelis Kebudayaan Bali dapat bersinergi dengan pihak-pihak terkait untuk memetakan aset-aset budaya Bali yang tersebar di berbagai desa adat di Pulau Dewata.
"Ini langkah cepat harus dilakukan. MKB, dapat bersinergi dengan Dinas Kebudayaan, ISI, Dinas Pemajuan Masyarakat Adat, desa adat maupun perguruan tinggi lainnya untuk memetakan aset budaya kita," kata Koster di Taman Budaya, Denpasar, Sabtu.
Koster menyampaikan hal tersebut saat sambutan sekaligus membuka Pasamuhan Agung Kebudayaan Bali Tahun 2022 yang mengambil tema Budaya Pramananing Caksu Siddhi Taksu Jagat Bali, Budaya sebagai Spirit Menghidupkan Taksu Bali.
Menurut dia, Bali yang tak memiliki kekayaan sumber daya alam, maka masyarakatnya harus sadar bahwa budaya menjadi kekuatan utama. Oleh karena itu, budaya harus terus dijaga dengan ketat dan bersungguh-sungguh.
Budaya Bali, ujar Koster, bisa terus eksis hingga saat ini karena juga ditampilkan atau melekat dalam ritual keagamaan. Demikian pula, regenerasi budaya pada masyarakat didukung oleh berbagai sanggar seni yang hidup di desa adat.
Baca juga: Pemangku adat se-Bali doa bersama untuk KTT G20 dan perdamaian
Namun, kini di tengah era globalisasi dan perubahan yang begitu cepat, budaya Bali dihadapkan pada berbagai tantangan.
Tak saja tantangan internal dari perilaku masyarakat Bali yang menjadi terombang-ambing karena perubahan, juga tantangan eksternal dari sisi kepentingan agama, politik, ekonomi, budaya dan sebagainya.
"Strategi lawan-lawan kita di luar adalah ingin merusak apa yang menjadi keunggulan Bali, yakni budaya. Kalau Bali budayanya sudah tergerus, maka Bali tidak lagi memiliki keunikan dan aura yang membedakannya dengan daerah lain," ucap Koster.
Dengan pemetaan aset-aset budaya Bali yang tersebar di desa adat, di puri-puri (kerajaan), griya-griya maka dapat dipilah mana budaya kita yang harus dijaga ketat seperti halnya tari Rejang yang merupakan tari sakral (tari Wali).
"MKB harus punya prinsip yang kuat, mana yang harus dijaga karena memiliki keunikan tertentu di desa adat, jangan dibawa kemana-mana. Jangan sampai mengaburkan budaya yang etnik dan sakral di desa adat dengan yang bisa ditampilkan secara umum," katanya.
Baca juga: Delegasi G20 kunjungi Desa Wisata Penglipuran-Bali
Selain itu, MKB diminta untuk melihat dengan cermat budaya Bali yang kita miliki dan sudah tampil, serta mana yang belum tampil dan membutuhkan penggalian.
Sementara itu, Ketua Majelis Kebudayaan Bali Prof Dr I Komang Sudirga mengatakan saat ini budaya Bali makin banyak tantangannya di tengah era disrupsi dan globalisasi.
Sudirga yang juga akademisi ISI Denpasar berpandangan generasi muda Bali tidak sedikit yang justru malah terkagum-kagum dengan budaya asing, yang mungkin ada tidak sesuai dengan etika budaya Bali.
Melalui acara pasamuhan agung (rapat akbar) tersebut, juga perlu dirumuskan kembali tentang konsep-konsep mengenai tari Wali, Bebali dan Balih-Balihan.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha menambahkan, Majelis Kebudayaan Bali merupakan mitra kerja dari Disbud Bali. MKB merupakan transformasi dari Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Bali.
Baca juga: Kadinkes Bali: Adat berperan maksimalkan vaksinasi COVID-19
Oleh karena itu, keanggotannya ada unsur sulinggih (pendeta), akademisi, budayawan dan seniman, yang nantinya mereka akan membantu Disbud Bali untuk mengadakan penelitian, kajian, dan pemetaan terkait dengan kebudayaan Bali.
"Tahun ini sudah pula dilakukan sosialisasi seni sakral dengan turun ke kabupaten/kota. Upaya serupa juga telah dilakukan dari tahun-tahun sebelumnya secara berkelanjutan," ucapnya.
Melalui acara Pasamuhan Agung MKB yang digelar selama dua hari (26-27 November) dengan menghadirkan sejumlah pembicara tersebut ditujukan agar dapat menjaring permasalahan di bidang kebudayaan dan sekaligus dapat didiskusikan solusinya.
"Hasilnya nanti berupa rumusan yang selanjutnya akan disampaikan pada Pemerintah Provinsi Bali. Selain itu, melalui pasamuhan agung ini sekaligus untuk merancang kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada 2023," ujar mantan Rektor ISI Denpasar itu.