Denpasar (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar di Bali, memberi perhatian terhadap isu kesetaraan gender lewat pelatihan kepada 20 jurnalis dari media cetak, daring, dan elektronik yang didominasi perempuan.
"Pelatihan kesetaraan gender ini digelar untuk meningkatkan kesadaran gender di kalangan jurnalis, khususnya perempuan Bali. Dengan begitu, para peserta nantinya bisa mendorong iklim kerja yang ramah gender," kata Ketua AJI Denpasar Eviera Paramita Sandi, di Denpasar, Minggu.
Viera menjelaskan bahwa kegiatan bernama "Pelatihan Kesetaraan Gender dan Keselamatan Kerja untuk Jurnalis di Bali" itu dilaksanakan untuk memberi kesempatan peserta berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai isu gender, yang tak terbatas hanya ada perempuan.
Melalui forum yang diisi oleh jurnalis perempuan dan beberapa jurnalis laki-laki itu, diharapkan tercipta suatu gerakan yang menolak lingkungan kerja yang tak ramah gender, baik dari dalam perusahaan maupun saat meliput berita di lapangan.
Baca juga: "Trusted Media Summit" di Bali rekomendasikan pentingnya regulasi dan otoritas media
"Perlu kita untuk mengenali bagaimana (pemahaman) gender itu di tiap orang di tempat kerja kita, supaya nantinya kita bisa bersuara dan membela haknya kita sebagai perempuan ataupun gender lain yang perlu dilindungi," ujar Viera.
Berkaitan dengan kesetaraan gender dan keselamatan kerja, Viera menceritakan salah satu hasil pengamatannya di hadapan peserta. Kondisi yang ia temukan adalah jurnalis perempuan di Pulau Dewata hingga kini masih rentan menjadi korban kekerasan seksual dalam menjalani pekerjaannya.
Ia mengambil contoh kondisi ketika jurnalis perempuan ditugaskan dalam lokasi liputan yang aman, namun sejatinya tanpa disadari, lokasi tersebut merupakan tempat yang tidak ramah gender. Viera bahkan pernah menerima laporan soal jurnalis perempuan yang justru merasa bak berada di sarang penyamun, kata dia.
"Jadi mereka (jurnalis perempuan, red) sering kali dihadapkan dengan guyonan yang seksis, lalu juga sering kali ketika berkumpul dengan teman wartawan pria, guyonan itu sangat merendahkan perempuan," kata Ketua AJI Denpasar tersebut.
Maka itu, dalam pelatihan yang diselenggarakan atas kerjasama AJI Indonesia dan serikat jurnalis Norwegia atau Norsk Journalistlag itu disisipkan materi terkait upaya perlawanan ketika mendapatkan pelecehan seksual maupun pengetahuan soal keselamatan kerja.
Baca juga: Dirpem ANTARA ajak media massa kampanyekan jurnalisme positif-konstruktif
Dari pelatihan yang berlangsung dua hari pada 15-16 Oktober 2022 ini, salah satu peserta yang berasal dari Pers Akademika Universitas Udayana Ni Made Ayu Rita Sari (20) mengaku senang dengan kegiatan AJI Denpasar itu.
"Seru, sangat interaktif dan informatif. Semoga kegiatan pelatihan ini berkelanjutan dan tetap dapat memberikan kebermanfaatan kepada seluruh jurnalis - jurnalis muda," kata Ayu Rita di Denpasar.
Mahasiswa Unud tersebut bahkan mengaku berniat untuk melanjutkan karier nantinya di perusahaan media ketika sudah menyelesaikan studinya, keinginannya tersebut diperkuat pasca mendapat ilmu mengenai kehidupan jurnalisme di pelatihan AJI Denpasar.