Badung (ANTARA) - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo saat membuka The 2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowerment of Women in Tourism in Asia and the Pacific mengenalkan sosok Raden Ajeng Kartini ke para delegasi.
Di Kabupaten Badung, Kamis, ia bercerita Ibu Kartini sebagai tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia menjadi simbol kesetaraan gender sesuai dengan Konferensi Regional Pariwisata PBB ke-2 tersebut tentang pemberdayaan perempuan dalam pariwisata.
“Ada satu kutipan terkenal Ibu Kartini, Sampai kapanpun, kemajuan perempuan itu menjadi faktor penting dalam peradaban bangsa, dan saya sangat setuju,” kata Angela.
“Pemberdayaan perempuan bukan sekadar soal pencapaian kesetaraan dan hak asasi manusia, namun dengan pemberdayaan perempuan menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan,” sambungnya.
Di hadapan delegasi dari sekitar 40 negara peserta itu Wamenparekraf mengatakan dengan memberdayakan perempuan, maka sama dengan solusi iklim yang lebih baik karena mereka dapat mengelola, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam.
Selanjutnya peran tersebut dapat mengurangi tingkat kemiskinan, kerawanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan negara.
“Sebagai sebuah bangsa, kami telah melakukan banyak hal, mengikuti jejak Ibu Kartini mulai dari pemberian akses terhadap pendidikan, kesehatan, partisipasi ekonomi, dan politik,” ujarnya.
Berkat itu, di tahun 2023 Indonesia berada di peringkat ke-87 kesenjangan gender global dengan angka kesetaraan gender sebesar 69,7 persen.
Pemberdayaan perempuan yang berangkat dari jejak Ibu Kartini kemudian dikaitkan dengan peran mereka di sektor pariwisata, dimana perempuan banyak mengambil peran menjadi tenaga kerja pariwisata dan wirausaha.
Melalui pariwisata akhirnya perempuan bisa saling terhubung, bertukar ide, hingga membuka cakrawala masyarakat lokal terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan perempuan.
Meski demikian, Angela Tanoesoedibjo mengakui perlu kerja keras lebih karena partisipasi tinggi perempuan belum selaras dengan kualitas dan posisi strategis perempuan di sektor pariwisata.
“Sekarang kita bicara tingkat UMKM di Indonesia yang menyumbang 97 persen lapangan kerja dan berkontribusi terhadap 61 persen PDB Indonesia, dimana perempuan berada di garda terdepan, dengan 64 persen perempuan pemilik UMKM, namun sebagian besar dari mereka masih belum bisa meningkatkan skala usahanya dan bertahan pada usaha tingkat mikro,” ujarnya.
Untuk itu melalui Konferensi Regional Pariwisata PBB ke-2 ia berharap pertemuan yang berlangsung 2-4 Mei 2024 ini akan menjadi katalisator perubahan yang berarti bagi perempuan di sektor pariwisata dan juga pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata.
“Saya percaya, pengurangan kesenjangan gender hanya bisa terjadi jika kita memiliki advokasi di tingkat tertinggi dan upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, karena kisah Ibu Kartini mengajarkan kita bahwa isu ketidaksetaraan gender berakar kuat pada struktur sosial dan kekuasaan,” tutur Angela.