Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencetak laba Rp3,96 triliun pada triwulan I-2022 atau naik 63,2 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Laba bersih ini dihasilkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat sebesar 7,3 persen (yoy) menjadi Rp8,5 triliun.
"Pencapaian pendapatan operasional ini bahkan tertinggi yang pernah dihasilkan BNI, lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemi," ucap Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam Public Expose Kuartal I 2022 di Jakarta, Selasa.
Selain itu, ia mengatakan upaya perbaikan kualitas kredit melalui pengawasan, penanganan, dan kebijakan yang efektif membuat biaya pencadangan kredit juga turun tajam sebesar 26,1 persen (yoy).
Baca juga: BNI catatkan penyaluran KPR tumbuh 8 persen pada Februari 2022
Total baki kredit yang disalurkan sepanjang triwulan pertama tahun 2022 tumbuh 5,8 persen (yoy) menjadi Rp 591,68 triliun, sehingga lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi.
Indikator kinerja positif lainnya terkait dengan kualitas aset, likuiditas, dan efisiensi juga semakin baik sehingga turut mendorong tercapainya pendapatan operasional yang lebih tinggi.
“Kami bersyukur BNI mampu mempertahankan kinerja yang solid pada awal tahun ini. Kinerja ini merupakan salah satu tanda dari pemulihan sekaligus pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini,” ungkapnya.
Baca juga: BNI siapkan uang tunai Rp17,81 triliun/minggu untuk Ramadhan-Lebaran
Ke depan, Royke menegaskan BNI akan terus meningkatkan kinerja kredit dengan rentang pertumbuhan tujuh persen hingga 10 persen pada tahun ini.
Akselerasi kinerja ini akan sangat didukung oleh rencana penyaluran kredit lebih kuat dan berkualitas di semua segmen dan tren positif ekonomi makro seperti kegiatan ekonomi yang lebih terbuka, serta harga komoditas yang kuat.
“Dengan dampak penyebaran Virus COVID-19 varian Omicron yang mereda maka geliat ekonomi ini pun akan terus mendorong peningkatan kualitas aset BNI,” katanya.