Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perkebunan Provinsi Bali mengusulkan perluasan tanaman kopi seluas 2.368 hektare dalam tahun 2010.
"Perluasan jenis tanaman kopi arabika tersebut diharapkan mendapat dukungan dana pemerintah pusat dan APBD Bali," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir Made Sudharta MS di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, perluasan tersebut akan dilakukan di Kintamani, Kabupaten Bangli sebanyak 250 hektare, Kubu, Kabupaten Karangasem 300 hektare, Sukasada kabupaten Buleleng 250 hektare dan Petang Kabupaten Badung seluas 50 hektare.
"Perluasan tanaman dilakukan secara berkesinambungan, mengingat Bali memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman bernilai ekonomis tinggi," ujar Made Sudharta.
Made Sudharta menambahkan, pihaknya kini telah menyiapkan bibit kopi jenis arabika sekitar 125.000 pohon yang siap ditanam pada musim hujan Desember 2009.
Bibit siap tanam itu diharapkan mampu memenuhi perluasan tanaman 78,1 hektare dengan dukungan dana dari APBD Bali 2009.
Perluasan dan intensifikasi kopi dilakukan secara berkesinambungan sesuai dana yang tersedia serta melibatkan swadaya petani.
Hal itu dilakukan mengingat tanaman kopi mempunyai prospek yang cukup cerah, karena produksi kopi Bali dalam berbagai kemasan telah menembus pasaran ekspor.
Sudharta menjelaskan, Bali memiliki tanaman kopi seluas 30.029 hektare yang terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robika 23.832 hektare.
Tanaman tersebut menghasilkan 13.664 ton kopi beras selama 2008 dan tahun 2009 diharapkan produksinya bisa meningkat.
Petani kopi dalam proses pengembangan tanaman bernilai ekonomis tersebut memadukan dengan pemeliharaan ternak sapi, sehingga memperoleh keuntungan ganda, dan memanfaatkan pupuk kandang, ujar Made Sudharta.
Petani kopi yang terhimpun dalam subak abian Sukamaju, Desa Lantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali mendapat sertifikasi dalam proses produksi menggunakan pupuk organik.
Petani dalam proses produksi kopi itu mengedepankan ramah lingkungan, dengan menggunakan pupuk organik dan menghindari menggunakan zat kimia, tutur Made Sudharta. (*)