Denpasar (Antara Bali) - Pengamat ekonomi Dr I Gusti Wayan Murjana Yasa menyatakan pembangunan kepariwisataan Bali hingga saat ini belum bersinergi secara baik dengan sektor pertanian.
"Dampak ikutan sektor pariwisata juga masih kecil sekitar 8 sampai 12 persen. Kecil karena banyak faktor input dari luar yang dimanfaatkan pada pengembangan kepariwisataan Bali," katanya yang juga Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Udayana itu, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia dengan investasi sektor kepariwisataan Bali yang berasal dari luar, secara otomatis keuntungannya juga keluar. Termasuk dari sisi penyediaan makanan bagi kebutuhan pariwisata jika bersinergi dengan pertanian tentu akan berdampak sangat baik bagi petani.
"Dari dulu didengungkan pariwisata Bali dibangun dengan berbasis budaya. Namun nyatanya pertanian justru makin lama dalam kondusi memprihatinkan, itu menandakan basisnya tidak kuat," ujarnya.
Seringkali, kata dia, pihak hotel tidak mau menyerap hasil petani lokal dengan alasan kontinyuitas dan kualitas. "Seharusnya kalau terjalin jaringan, keuntungan pariwisata diarahkan untuk pengembangan pertanian," ujarnya.
"Masalahnya jejaring pertanian dengan pariwisata masih sangat lemah. Seharusnya cara berpikir dibalik bahwa kalau memang komit membela produk lokal, iya dibina. Pihak hotel bisa meminjam tangan-tangan perguruan tinggi untuk membina para petani agar dapat memenuhi standar pariwisata," kata Murdana Yasa.(LHS/T007)