"Menurut saya ini adalah pilihan yang rasional, karena ada dua hal utama yang dipertimbangkan terkait hal ini, yaitu sumber daya dan risiko bagi masyarakat," kata Wahyu Budi Nugroho saat dikonfirmasi di Denpasar, Kamis.
Ia menjelaskan pemindahan isoman ke isolasi terpusat ini berkaitan dengan sumber daya yang umumnya sebagian masyarakat kelas menengah dan kelas atas yang memiliki sumber daya memadai untuk membuat tempat isoman yang aman dan layak. Selain itu, kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama isoman, termasuk kebutuhan akan obat-obatan dan makanan yang bergizi.
Sementara, katanya, berbagai kebutuhan tersebut umumnya sulit dipenuhi oleh masyarakat kelas bawah dan sebagian masyarakat kelas menengah sehingga penyediaan isolasi terpusat bisa menjadi solusinya. Hal ini tentu bertujuan untuk menghindari kondisi kesehatan yang memburuk dan lebih mudah dalam pemantauan petugas.
Baca juga: Wagub Bali: perbanyak tempat isolasi COVID-19 berbasis desa
Aturan pemindahan isoman ke isolasi terpusat juga sempat memunculkan penolakan di masyarakat. Menurut Wahyu, hal ini dapat diatasi dengan cara menggunakan komunikasi yang tepat.
"Saya kira tidak akan sampai ke arah situ (konflik sosial) karena ini lebih pada persoalan perbedaan sudut pandang, cukup digunakan pendekatan dan cara komunikasi yang tepat dalam persuasi warga," katanya.
Ke depannya, dia berharap pemerintah bisa terus berbenah memperbaiki sarana dan prasarana isolasi terpusat dalam memberikan kenyamanan bagi warga yang melakukan isolasi di tempat tersebut.
"Mau tidak mau, pemerintah harus terus memperbaiki sarana dan prasarana isolasi terpusat. Jika ini bisa dilakukan, ke depan saya yakin warga tidak akan ragu lagi jika mereka harus dipindahkan ke isolasi terpusat, karena mereka juga telah mendengar pengalaman warga lain yang pernah menempati isolasi terpusat sebelumnya," katanya.