Denpasar (ANTARA) - Bali Medical Tourism Association (BMTA) sebagai asosiasi yang terdiri dari pihak rumah sakit atau klinik milik pemerintah dan swasta di Provinsi Bali bertekad untuk membangun optimisme baru pariwisata dengan mempromosikan daerah setempat sebagai destinasi wisata medis.
"Medical tourism atau wisata medis ini menjadi penting karena memiliki potensi yang sangat besar," kata Ketua BMTA dr Gede Wiryana Patra Jaya MKes dalam acara Deklarasi BMTA yang resmi menjadi bagian Bali Tourism Board di Denpasar, Selasa.
Menurut Gede Wiryana, wisatawan atau turis medis di negara maju cenderung mencari pengobatan ke luar negaranya karena waktu tunggu yang lama untuk tindakan tertentu dan mahalnya biaya tindakan di negara asalnya.
"Hal ini tentu membuka peluang bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan Bali khususnya, yang memiliki kemampuan untuk melayani pasar ini," ucapnya.
Baca juga: RS Sanglah Bali buka layanan kecantikan berkelas Internasional
Wisata medis, lanjut dia, juga sudah menjadi salah satu program yang telah direncanakan oleh pemerintah dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 76 Tahun 2015.
Sekretaris BMTA Dr Ida Ayu Oka Purnamawati menambahkan, Bali potensial mengembangkan wisata medis, selain selama ini merupakan destinasi wisata yang sudah terkenal dengan pariwisata alam dan budaya.
"Hal ini tidak saja untuk mencegah keluarnya devisa karena banyak masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri, tetapi justru akan mendatangkan devisa bagi negara dengan masuknya turis medis, baik domestik maupun internasional," ujarnya.
Selain itu, Bali telah memiliki beberapa rumah sakit yang berstandar internasional, peralatan medis yang mendukung, tenaga medis dan paramedis yang sangat kompeten, serta layanan unggulan yang memang dicari.
"Banyak objek dan atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh turis medis selama atau setelah pengobatan," ujarnya pada acara yang dihadiri oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dan Kadis Kesehatan Bali dr Ketut Suarjaya itu.
Sementara itu, I Putu Deddy Suhartawan yang juga selaku Sekretaris BMTA mengatakan dibentuknya BMTA untuk menaungi sejumlah rumah sakit yang telah melayani pasien-pasien wisata medis.
Baca juga: Kemenkes dorong "medical tourism" di Bali (video)
Asosiasi yang dibidani oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Provinsi Bali ini juga akan menjalin kerja sama di bidang pengembangan teknologi kesehatan, pegembangan skill dan kompetensi petugas medis, sehingga Bali mampu menjadi destinasi wisata medis bagi wisatawan.
Sedangkan Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan dengan bergabungnya BMTA yang secara resmi menjadi bagian dari Bali Tourism Board (BTB), diharapkan rumah sakit-rumah sakit di Pulau Dewata dapat bersama-sama mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata medis.
"Dengan demikian, optimisme pariwisata Indonesia melalui wisata medis, untuk program Bali bangkit dapat terwujud," katanya.
BMTA telah terbentuk sejak 14 Februari 2020, diinisiasi oleh RSUP Sanglah, Bali Royal Hospital dan Dental 911. Asosiasi ini kemudian bernaung di bawah Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Wilayah Bali, dengan penambahan beberapa anggota.
Saat ini anggotanya yakni RSUP Sanglah, RSU Bali Mandara, RS Mata Bali Mandara, RSPTN UNUD, RS Mangusada Badung, RS BIMC Nusa Dua, RS BIMC Kuta, RS Siloam Kuta, Bali Royal Hospital (BROS), RS Prima Medika, RS Kasih Ibu Denpasar, RS Kasih Ibu Saba, RS Khusus Mata Ramata, RS Bhayangkara, Klinik Penta Medika, Dental 911 Clinic, dan Assist 221.
"BMTA" bangun optimisme pariwisata Bali dengan wisata medis
Selasa, 29 Juni 2021 19:12 WIB