Gianyar, Bali (ANTARA) - Seluruh umat muslim di dunia sedang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Berpuasa dimulai waktu terbit fajar (Imsak) hingga terbenamnya Matahari (Maghrib).
Umat muslim berpuasa karena menjalankan perintah Rukun Islam, yang menjadi fondasi agama Islam.
Di berbagai ceramah agama, para ustadz dan ulama selalu menjelaskan berpuasa itu merupakan ibadah untuk berperang melawan hawa napsu, haus dan lapar serta segala hal yang dapat membatalkan ibadah puasa. Selain itu, bulan suci Ramadhan menjadi momentum untuk meningkatkan ibadah lainnya.
Umat muslim berlomba-lomba untuk meningkatkan amal ibadahnya saat bulan suci Ramadhan. Nah kini saatnya umat muslim di Indonesia meningkatkan manfaat bulan suci Ramadhan untuk ikut berperang melawan pandemi COVID-19 yang menyebabkan orang terjangkit sakit bahkan kematian yang besar dan meluas di seluruh penjuru dunia.
Menurut data statistik, di dunia tercatat 152 juta kasus COVID-19. Ada 3,19 juta orang meninggal akibat COVID-19 dan rata-rata per harinya 821.676 orang terjangkit virus corona jenis baru ini. Sementara di Indonesia, ada 1,67 kasus COVID-19, dan 45.652 orang mati, serta rata-rata per hari 5.155 terjangkit virus corona ini.
Pandemi ini juga sangat memukul ekonomi dunia. Ekonomi dunia hancur, jutaan usaha mati, puluhan juta orang kehilangan pekerjaan, dan angka kemiskinan naik meroket, termasuk Indonesia.
Menurut catatan ILO (organisasi PBB urusan perburuhan), pandemi COVID-19 ini telah menyebabkan 33 juta pengangguran baru di seluruh dunia sehingga jumlah pengangguran di dunia menjadi 220 juta.
Di Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sepanjang 2020, sebanyak 386.877 pekerja terkena PHK. Angka ini 20 kali lipat dibandingkan dengan jumlah PHK pada tahun 2019. PHK massal umumnya terjadi di sektor pariwisata, transportasi dan ritel akibat kebijakan pembatasan pergerakan manusia guna mencegah penyebaran virus corona.
Akibat PHK massal, jumlah kemiskinan jadi naik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu semua dampak dari pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia dan Indonesia.
Perekonomian negara dan daerah ikut terkena dampaknya. Pendapatan keuangan negara dan daerah merosot tajam. Jika pandemi ini terus berkelanjutan maka bahaya yang akan timbulkan jauh lebih besar lagi. Rakyat banyak yang terjangkit COVID-19, ekonomi hancur luluh lantak jika kita semua tidak ikut berperan dalam menekan penyebaran virus corona.
Oleh karena itu, bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, umat Islam di Indonesia perlu memerangi pandemi COVID-19. Jika pandemi dapat diatasi, ekonomi akan bangkit, banyak lapangan kerja tercipta, dan angka kemiskinan dapat dikurangi.
Bulan Ramadhan tahun ini harus dijadikan momentum untuk memerangi pandemi COVID-19 yang menjadi musuh manusia di dunia saat ini, selain berperang melawan hawa nafsu, menahan haus, dan lapar.
Rayakan kemenangan
Salah satu tradisi bulan suci Ramadhan di Indonesia dan juga di banyak negara adalah mudik Lebaran. Perayaan Idul Fitri yang artinya merayakan kemenangan setelah satu bulan berpuasa. Umat muslim merayakannya dengan pulang kampung atau mudik Lebaran untuk bersilaturahim dengan orang tua, keluarga, saudara, dan teman-teman pada masa kecil.
Dalam tradisi mudik ini, puluhan juta umat muslim di Indonesia melakukan mobilisasi dalam periode yang hampir bersamaan.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memprediksi akan ada 81 juta orang yang pulang ke kampung halaman pada libur panjang Lebaran 2021.
Oleh karena itu, pemerintah melarang masyarakat untuk mudik Lebaran guna mencegah naiknya kasus COVID-19. Sama seperti tahun 2020, pemerintah juga melarang mudik Lebaran.
Apalagi pemerintah sudah mendapatkan pengalaman setiap ada liburan panjang, misalkan liburan tahun baru, setelah itu angka COVID-19 mengalami lonjakan. Apalagi jika 81 juta orang melakukan mudik Lebaran tahun ini.
Pemerintah melihat dan belajar dari kasus di India di mana kasus COVID-19 melejit dalam waktu cepat belakangan ini. Dalam satu hari kasus COVID-19 baru di India mencapai rekor 401.993 kasus. Rata-rata per harinya 386.452 kasus COVID-19. Angka kematian akibat COVID-19 mencapai 3.523 per hari.
Rumah sakit kewalahan menangani pasien COVID-19. Terjadi antrean di berbagai tempat kremasi mayat. Sungguh amat mengerikan.
Pemicu meledaknya kasus COVID-19 di India akibat perayaan hari kemenangan Kumbh Mela, serangkaian ritual keagamaan mandi suci di Sungai Gangga yang dirayakan setiap 12 tahun sekali, dirayakan selama satu bulan pada Maret 2021.
Perayaan Kumbh Mela tahun 2021 dijadikan momentum kemenangan India dalam menangani kasus COVID-19 yang sempat turun tajam. Pada September 2020, kasus COVID-19 di negara itu rata-rata 80.000-90.000 kasus per hari. Pemerintah India berhasil menurunkan drastis hingga Februari 2021 hanya 11.000 kasus baru dalam satu minggu.
Menurut data worldometers yang diakses pada Sabtu (1/5), pukul 12.00 WIB, total kasus COVID-19 di India mencapai 19.164.969 dengan angka kematian 211.853 orang.
Sudah tentu, pemerintah tidak mau fenomena di India terjadi juga di Indonesia. Merayakan Idul Fitri juga merayakan kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan. Sama dengan, perayaan kemenangan hari keagamaan Kumbh Mela di India. Dan pemerintah sudah cepat mengantisipasi dengan membuat larangan mudik Lebaran, mulai 6-17 Mei 2021.
Berdasarkan hasil survei Kemenhub, dengan adanya larangan mudik, diperkirakan 89 persen masyarakat tidak akan mudik, namun sisanya masih akan tetap melakukan mudik atau liburan. Estimasi jumlah pemudik yang mengabaikan larangan mudik secara nasional sebesar 27,6 juta orang. Jumlahnya masih besar dibayangi penyebaran COVID-19.
Oleh karena itu pentingnya umat Islam di Indonesia memaknai bulan suci Ramadhan untuk berperang melawan pandemi COVID-19, dengan cara tidak mudik Lebatan tahun ini. Ayo kita ikut berperang melawan pandemi untuk kemanusiaan.
Menyelamatkan Indonesia dari pandemi, membangkitkan ekonomi, demi membuka lagi lapangan kerja, serta mengurangi angka kemiskinan.