Denpasar, Bali (ANTARA) - Perkumpulan Pemberantasan Tuberkolosis Indonesia (PPTI) Cabang Kota Denpasar, Bali secara gencar melakukan pencegahan meningkatnya kasus tuberkulose (TBC) di daerah itu, karena temuan kasus TBC selama tiga tahun terakhir di daerah itu mengalami fluktuasi.
Ketua Harian PPTI Cabang Denpasar IGN Wibawa di sela-sela sosialisasi bahaya TBC pada para kader di Desa Sanur Kauh, Kota Denpasar, Senin, menyebutkan data temuan kasus TBC pada 2018 sebesar 1.384 kasus, pada 2019 mengalami peningkatan menjadi 1.600 kasus, sedangkan pada 2020 mengalami penurunan yaitu 1.061 kasus.
Baca juga: PPTI Kota Denpasar gandeng PKK cegah meningkatnya kasus TBC
Setelah membentuk kader di desa, saat ini PPTI Cabang Kota Denpasar menggandeng kepala desa untuk mencegah meningkatnya kasus TBC. Untuk itu, kader-kader yang telah dibentuk diberikan pembekalan mengenai penyakit TBC,
"Kami dalam pencegahan TBC melibatkan banyak orang akan lebih baik dan fokus. Dengan demikian kami harapkan masyarakat semakin memahami bahaya TBC. Karena selama ini masih banyak masyarakat yang tidak mau memeriksakan diri saat ada gejala TBC," katanya.
Wibawa mengatakan dengan adanya keterlibatan kader-kader yang dibentuk para kepala desa diharapkan semakin meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap bahaya TBC.
Ia menyebutkan temuan kasus TBC selama tiga tahun terakhir di Kota Denpasar mengalami fluktuasi akibat masih adanya masyarakat tidak mau datang ke dokter untuk memeriksakan dirinya.
"Untuk itu sangat perlu diwaspadai tentang adanya penurunan kasus. Hal ini mengingat satu penderita TBC dapat menular ke sejumlah orang. Tantangan Denpasar sebagai kota besar adalah penderita TBC selalu berpindah-pindah alamat tinggalnya sehingga kami sangat sulit untuk melakukan pengawasan," ucapnya.
Baca juga: Presiden ingatkan penderita TBC Indonesia di peringkat tiga dunia
Kepala Desa (Perbekel) Desa Sanur Kauh, Made Ada, mengatakan untuk mendidik masyarakat semua pihak harus dilibatkan mulai dari Karang Taruna, PKK, sampai dengan kader posyandu tingkat banjar.
Ia mengatakan dengan keterlibatan semua pihak dalam sosialisasi ini, terlebih lagi ibu-ibu PKK, diharapkan dapat mendidik masyarakat, terutama mulai dari keluarga.
Menurut Made Ada, masyarakat lain tetap diberikan pendidikan sehingga dengan demikian semakin meningkatkan pemahaman masyarakat untuk bahaya TBC.
Melalui sosialisasi ini, katanya, akan semakin meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama masalah TBC.
Ia menambahkan pembangunan kesehatan masyarakat pada masa kini dan masa mendatang masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan.
Baca juga: Diskes Denpasar Temukan Peningkatan Kasus TBC
Ia mengatakan permasalahan kesehatan sesungguhnya tidak akan dapat diatasi semata-mata oleh pemerintah sehingga memerlukan peran aktif dari berbagai kelompok.
"Ini salah satu bentuk dukungan kami pada pemerintah untuk mengatasi permasalahan TBC," katanya.