Denpasar (ANTARA) - Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) Bali mendukung pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Gunaksa, Kabupaten Klungkung, karena para seniman memang membutuhkan ruang yang modern dan canggih untuk melahirkan karya seni bermutu tinggi dan berkualitas internasional.
"Saya meyakini pembangunan Pusat Kebudayaan Bali adalah bagian penting dari strategi pembinaan kebudayaan yang bersifat horizontal dan vertikal," kata Ketua Listibiya Provinsi Bali Prof Dr I Made Bandem, saat menemui Gubernur Bali Wayan Koster di Denpasar, Kamis.
Baca juga: Gubernur Koster: Pusat Kebudayaan Bali jadi mahakarya monumental
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam itu juga dihadiri jajaran Listibiya lainnya, seperti Dr I Wayan Astita, Ida Rsi Agung Wayabiya Sogata Karang dan I Wayan Geriya. Hadir pula Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi BaliI Gede Darmawa.
Prof Bandem mengemukakan, pembinaan dan pengembangan yang bersifat horizontal adalah pembinaan dan pengembangan yang menekankan pada pemerataan, yakni kesenian Bali yang bersifat wali dan bebali (sakral dan seremonial) harus ditingkatkan keberadaan dan kualitasnya serta dikembalikan fungsinya untuk kepentingan upacara keagamaan.
Sebaliknya, pembinaan dan pengembangan yang bersifat vertikal bertumpu sepenuhnya pada peningkatan mutu (kualitas) dan dilakukan dengan mengadakan festival-festival, parade, lomba-lomba, rekonstruksi, kreativitas, inovasi dan cara-cara lainnya agar kesenian itu memiliki standar nasional dan internasional.
Mantan Rektor ISI Yogyakarta itu mengatakan keliru jika ada yang beranggapan bahwa Pusat Kebudayaan Bali bertujuan untuk "memuseumkan" kebudayaan Bali, seperti yang sempat diutarakan politikus Partai Golkar Gde Sumarjaya Linggih
"Kekeliruan terletak pada memaknai arti kata 'museum' dan juga arti kata 'kebudayaan'. Museum bukanlah gudang untuk menyimpan benda-benda mati. Ia adalah gedung atau ruangan untuk memamerkan hasil karya kreativitas, karya budaya, peninggalan sejarah, bahkan tengkorak manusia purba," katanya.
Baca juga: Warga Desa Tangkas hingga Jumpai di Klungkung setujui pembangunan Pusat Kebudayaan Bali
Tentunya, ujar Bandem, diikuti dengan story telling yang jelas dan menggugah. Fungsi utamanya untuk edukasi, mengajarkan dan memberi inspirasi tentang puncak-puncak kebudayaan.
Sementara kebudayaan merupakan hasil pendidikan, interaksi, asimilasi, difusi, imaginasi, kreativitas, inovasi, bahkan hasil rekayasa. "Jadi dengan demikian kebudayaan bersifat dinamis dan membutuhkan prasarana dan sarana, seperti Pusat Kebudayaan Bali untuk pembinaan dan pengembangannya," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan Pusat Kebudayaan Bali yang dibangun di atas lahan seluas 300 hektare lebih akan terdiri dari bangunan-bangunan yang menggambarkan filosofi Sat Kerthi dalam bentuk Padma Bhuwana, di antaranya ada bangunan kawasan "danu, segara, wana, atma, jana dan jagat kerthi".
Di sentrifugal dari kawasan itu barulah dibangun berbagai teater dengan ukuran yang berbeda-beda, seperti procenium stage (dua sisi), thrust stage (tapal kuda tiga sisi), arena stage (panggung empat sisi), dan panggung yang lebih kecil untuk seni-seni khas lainnya.
Baca juga: Gubernur Koster ajak masyarakat satukan kekuatan bangun Bali
Gedung untuk Pusat Data Kebudayaan Bali juga akan dibangun di lokasi itu. Pusat Kebudayaan Bali ini juga dilengkapi dengan museum tematik, seperti museum seni lukis, museum patung, museum tekstil, museum kerajinan (ukir), museum obat, museum topeng, museum subak, dan museum digital lainnya.
Kawasan ekonomi kreatif juga disiapkan untuk memperoleh dana pemeliharaan kawasan kebudayaan itu. Kompleks kawasan kebudayaan ini digunakan sebagai wahana pemeliharaan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan seni dan budaya dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti Pesta Kesenian Bali, Festival Bali Jani, Jantra Kebudayaan Bali, dan Perayaan Kebudayaan Dunia.
Listibiya dukung pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung
Kamis, 8 April 2021 23:19 WIB