Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Ketut Suastika mengatakan penetapan sistem budaya subak oleh Unesco menjadi Warisan Budaya Dunia memerlukan dukungan pelestarian lahan pertanian dari semua pihak agar tetap berkelanjutan.
"Dengan pengakuan ini, memang sebagai daerah pariwisata akan menambah daya tarik daerah kita, hanya saja sekaligus menjadi tantangan untuk pelestarian lahan subak itu sendiri melalui regulasi dan dukungan masyarakat," katanya, di Denpasar, Senin.
Suastika menyampaikan informasi penetapan "Bali Cultural Landscape Subak System" menjadi warisan budaya dunia (WBD) oleh lembaga pendidikan dan kebudayaan dunia (Unesco) sudah diterimanya pada Minggu (20/5) melalui pesan singkat dari Pelaksana Tugas Dirjen Sejarah dan Purbakala Kemendikbud Prof Dr I Gede Pitana.
"Peresmian penetapannya sekitar tanggal 20-24 Juni 2012 dalam sidang Unesco yang akan diadakan di St Petersburg, Rusia," ujarnya.
Ia menegaskan penetapan sistem subak menjadi WBD bukan hanya untuk kawasan Jatiluwih (Catur Angga Batukaru) Tabanan, melainkan satu kesatuan dengan tiga kawasan lainnya di Bali yang dinominasikan ke Unesco yakni Pura Ulundanu Batur beserta Danau Batur (Kabupaten Bangli), DAS Pakerisan dengan beberapa pura di sekitarnnya (Kabupaten Gianyar), dan Pura Taman Ayun (Kabupaten Badung).(LHS/IGT/T007)