Denpasar (ANTARA) - Budayawan Prof Dr I Made Bandem mengusulkan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang menjadi pesta kesenian tahunan terbesar di Pulau Dewata agar tetap digelar pada tahun 2021 ini , meskipun berlangsung di tengah kondisi pandemi COVID-19.
"Saya usulkan PKB tetap ada dan dilaksanakan, sekecil apapun itu. Saya rasa ada cara yang baik untuk melaksanakan PKB," kata Prof Bandem di Denpasar, Kamis.
Pesta Kesenian Bali sebelumnya telah rutin dilaksanakan setiap tahun sejak 1978 hingga yang ke-41 pada 2019. Namun PKB ke-42 pada tahun 2020, pelaksanaannya dibatalkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster untuk mengantisipasi atau mencegah penularan COVID-19.
"Saya rasa untuk PKB tahun ini harus tetap dilaksanakan, baik itu secara daring maupun luring, 50:50 kalau dimungkinkan," ucap pria yang juga mantan Rektor ISI Yogyakarta itu.
Menurut dia, untuk pelaksanaan PKB yang berlangsung di tengah pandemi tentunya memang harus diatur sedemikian rupa untuk pementasan kesenian yang termasuk berskala besar, menengah dan kecil.
Baca juga: Gubernur batalkan Pesta Kesenian Bali untuk antisipasi COVID-19
"Misalnya untuk pementasan Sendratari, kalau biasanya dibawakan oleh 150-200 orang, kini misalnya dibawakan dengan 50-75 orang (penari dan penabuh)," ucapnya.
Demikian juga dari sisi jumlah penonton Sendratari yang biasanya hingga 5.000-6.000 orang di Panggung Terbuka Ardha Candra, kini hanya boleh dengan maksimal 1.000 orang dan dengan pengawasan yang ketat.
"Kalau untuk kesenian yang skala menengah misalnya Gambuh, saya rasa tidak terlalu masalah dengan jumlah seniman yang dilibatkan," ujar pria yang pada 2019 meraih bintang jasa dari Kaisar Jepang itu.
Prof Bandem tidak memungkiri dalam menampilkan pertunjukan yang memadukan antara cara atau sistem daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan) itu harus didukung dengan penggunaan kamera yang bagus, rekaman yang mantap dan juga dukungan SDM yang mumpuni.
Baca juga: Maestro seni Prof Bandem rindukan gending Janger Klasik yang beragam
"Selain itu, tantangan bagi para seniman untuk membuat karya seni yang atraktif dan berkualitas agar bisa mendapatkan klik dari penonton yang ingin melihat pergelaran itu secara daring," ujar pria yang juga mantan Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar itu.