Denpasar (Antara Bali) - Kementerian Luar Negeri Jepang memberi penghargaan kepada Prof. Dr. I Made Bandem, MA atas jasa-jasanya meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang serta negara-negara lain melalui jalur kebudayaan dan seni.
Pemberian penghargaan dilakukan oleh Konsul Jenderal Jepang Bali-Nusa Tenggara, Hirohisa Chiba di Kantor Konsulat Jenderal Jepang, di Denpasar, Jumat malam (8/9).
Menurut Hirohisa Chiba, salah satu pertimbangan Kementerian Luar Negeri Jepang memberi penghargaan ini selain peran Prof Bandem dalam bidang seni dan budaya sejak tahun 1965, juga Prof. Bandem sebagai Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) dan pendiri STIKOM Bali telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Jepang.
Kerja sama itu antara lain dengan Kyushu Sangyo University, Fukuoka dan Bunkyo University Tokyo terkait pengiriman dosen-dosen STIKOM Bali untuk melanjutkan pendidikan S-2, pertukaran mahasiswa dan penelitian bersama dan membuka Pusat Studi Jepang di STIKOM Bali yang berfungsi untuk mempererat hubungan Indonesia-Jepang melalui diplomasi bahasa, teknologi dan seni-budaya.
"Mudah-mudahan dengan penghargaan ini, semakin mendorong Prof. Bandem untuk terus berkarya di bidang seni dan budaya, serta meningkatkan hubungan baik antara Bali dan Jepang," kata Hirohisa Chiba.
Sementara itu, dalam sambutannya Prof. Bandem mengatakan pihaknya berterima kasih kepada pemerintah Jepang atas penghargaan yang diberikan kepadanya.
"Penghargaan ini tidak saya duga sebelumnya. Tapi saya berterima kasih kepada Pemerintah Jepang ternyata apa yang saya lakukan selama ini mendapat perhatian Bapak Menteri Luar Negeri Jepang sehingga menganugerahkan penghargaan kepada saya," katanya.
Hadir dalam acara ini, Ketua STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan, Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si para pejabat STIKOM Bali, Kepala Dinas Kebudayaan Bali Dewa Putu Berata, Konsul Italia Pino Confessa dan para budayawan lainnya.
Prof. I Made Bandem adalah seorang seniman akademisi yang lahir di Desa Singapadu, Gianyar pada 22 Juni 1945 dan telah mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang tokoh Diplomasi Kebudayaan Indonesia. Predikat itu dicapainya sejak dia menjadi penari dan pemimpin ASTI/STSI Denpasar (1982-1997) dan ISI Yogyakarta (1997-2006).
Selama itu, Bandem sering bertugas sebagai Direktur Artistik Misi Kesenian Indonesia ke luar negeri dan pada tahun 1990 dia diberi julukan oleh The New York Times sebagai "The Joe Papp of Bali", seorang seniman yang membawa seni pentas ke tingkat profesional.
Sejak belajar di University of Hawaii pada tahun 1968, I Made Bandem telah tertarik mempelajari kesenian Jepang. Di Music Department University of Hawaii, dia mempelajari Bon Odori (tari rakyat) Jepang. Diiringi dengan Daiko, Bandem menari Bon Odori bersama para mahasiswa dan masyarakat Jepang yang berada di University of Hawaii.
Di University of California at Los Angeles (UCLA), dibantu oleh istrinya, Suasthi Bandem dia Bandem mengajar tari dan gamelan Bali dari tahun 1969-1972. Di samping mengajar kesenian Bali, I Made Bandem mulai mempelajari tari Bugaku dan musik Gagaku, dua genre seni klasik Jepang, dari seorang maestro yang bernama Suenobu Togi.
Saat mengambil gelar Doktor (S-3) dalam bidang Etnomusikologi di Wesleyan University (1977-1980), Bandem dan istrinya juga sempat mengambil mata kuliah Gagaku dan Bugaku dari maestro, Matsaro Togi selama satu tahun dan sering mengadakan pementasan di sekitar Kota Middletown, Connecticut. Suasthi Bandem juga membantu sang maestro untuk mendesain kostum Bungaku yang digunakan dalam pementasan-pementasan di Wesleyan University.
Selain mempelajari musik dan tari Jepang, I Made Bandem juga mempelajari kebudayaan Jepang yang lebih luas. Apabila karena alasan tertentu, I Made Bandem tidak berhasil melakukan penelitian untuk disertasinya dalam bidang musik dan teater Bali, dia memutuskan untuk menyusun sebuah proposal guna mengadakan penelitian musik Gagaku dan budayanya sebagai cadangan disertasi Ph.D.nya. Dibimbing oleh Prof. Genji Tzuge dan Prof. Fritz deBoer, I Made Bandem telah mempersembahkan sebuah proposal studi Gagaku sebagai bagian dari Ujian Kualifikasi Ph.D.nya.
Ketika sudah menjadi Ketua Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) dan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar pada tahun 1981-1997, I Made Bandem banyak sekali menerima mahasiswa Dharmasiswa dan non Dharmasiswa dari Jepang yang suka mendalami kesenian Bali seperti tari dan gamelan di Kampus ASTI dan STSI Denpasar. Sampai saat ini masih banyak mahasiswa dan peneliti dari Jepang yang belajar di ISI Denpasar dan Sanggar Seni Makaradhawaja milik I Made dan Suasthi Bandem.
Pada tahun 1982, atas undangan The Japan Foundation, bersama I Gusti Bagus Nyoman Pandji, I Made Bandem diminta untuk memimpin Misi Kesenian Bali ke Jepang yang berintikan dramatari Gambuh, Topeng, dan Kebyar.
Bandem selalu tampil sebagai penari topeng, gambuh dan tari Oleg Tamulilingan bersama istrinya. Selain ikut menari, dia bertugas memberi ceramah dan "workshop" teater Bali kepada para dosen dan mahasiswa di beberapa universitas di Jepang. Misi kesenian itu mengadakan pementasan di Tokyo, Kyoto, Osaka, Kobe, Hiroshima, Okinawa dan beberapa kota lainnya.
Sejak tahun 2013, Bandem menjadi penasihat dan pembina dari program Arsip Bali 1928 STIKOM Bali yang merupakan kolaborasi internasional antara STIKOM Bali, Dr. Edward Herbst (CUNY) dan Arbiter of Cultural Traditions. Program ini telah berhasil memulangkan kembali "repatriasi", memugar dan menyebarluaskan berbagai koleksi rekaman audio dan film yang dibuat di Bali pada masa tahun 1930-an oleh Odeon & Beka, Colin McPhee, Miguel Covarrubias dan Rolf de Mar. (WDY)