"Terima kasih sudah melaksanakan tugas dengan baik di Afrika Tengah, kemudian dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi medan yang ada. Tugas ini sangat berat karena membawa nama baik negara, institusi Polri khususnya Polda Bali," kata Kapolda Bali, Irjen Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose dalam keterangan pers yang diterima di Denpasar, Selasa malam.
Ia mengatakan pengiriman prajurit Bhayangkara ke negara Afrika tersebut, dapat dijadikan sebagai peluang untuk menunjukkan eksistensi dan prestasi di ajang internasional. Salah satunya, yaitu dengan menjaga perdamaian dunia.
Kapolda berharap pengalaman yang didapatkan ketika bergabung di Satgas Garuda Bhayangkara agar dapat dibagikan kepada personel Polri lainnya, sehingga dapat termotivasi untuk bergabung dalam misi perdamaian dunia.
Adapun delapan personel tersebut adalah Ipda Wayan Gede Parnata, Briptu M. Arifandy, Iptu I Made Suweca, Iptu Cok Gede Raka, Aiptu Gede Oka Widiatmika, Bripka Komang Sudiasa, Brigpol Agus Andi Putra dan Briptu Wayan Fajar Satrya.
Sementara itu, salah satu personel yang tergabung dalam Satgas Garuda Bhayangkara II FPU 11 UNAMID, Iptu I Made Suweca mengatakan Satgas Garuda Bhayangkara FPU I Minusca yang berjumlah 140 orang ini adalah pasukan pertama yang menjalankan perdamaian di Republik Afrika Tengah.
"Sebagai pasukan pertama, tentu sangat berat dijalani karena semua berawal dari nol. Sempat kaget karena belum ada tempat beristirahat di sana, yang ada hanya hamparan tanah kosong. Sekitar tiga bulan kami tinggal di tenda sambil menunggu camp kami berdiri," ucapnya.
Menurut Iptu I Made Suweca pengalaman yang paling sulit dilupakan yaitu ketika rombongan terjebak di tengah-tengah konflik antar kelompok bersenjata.
“Kami pernah terjebak di tengah-tengah konflik antar kelompok bersenjata di daerah Yakite di PK5 Bangui saat melaksanakan patroli sehingga kami keluar dari zona konflik tersebut,”katanya.
Selain itu, selama bertugas di saat pandemi COVID-19 ini, anggota Satgas Garuda Bhayangkara wajib menggunakan masker dan membawa hand sanitizer. Kata dia, kesadaran warga setempat untuk menjaga kesehatan saat pandemi masih sangat kurang, hanya ada beberapa warga dan aparat setempat yang menggunakan masker.
"Anjuran menggunakan masker dari pemerintah tetap ada tetapi masyarakat di sana kurang peduli. Jangankan untuk membeli masker, untuk makan saja mereka sulit. Selain itu untuk listrik juga hanya ada di beberapa tempat saja," jelas Suweca.