"Jenis dan mekanisme gempa bumi yaitu dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas sesar lokal aktif," kata Plt. Kepala Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan dalam keterangan pers di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan dampak dari gempa bumi tersebut berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Karangasem II-III MMI. Menunjukkan getaran yang dirasakan oleh beberapa orang, dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan 3,9 M. Episenter terletak pada koordinat -8,21 LS dan 115,60 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 17 km Timur Laut Karangasem, Bali pada kedalaman 10 km.
Pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.
Baca juga: Gempa magnitudo 5.3 landa Sumba Barat Daya
Baca juga: Gempa dengan magnitudo 6,2 guncang Laut Banda
Baca juga: Gempa magnitudo 5.3 landa Sumba Barat Daya
Baca juga: Gempa dengan magnitudo 6,2 guncang Laut Banda
Sementara itu, Kepala Bidang Data BMKG Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman menjelaskan terkait dengan potensi bencana bahwa pada 2017 sudah diperbaharui oleh pusat studi gempa nasional, bahwa ada daerah-daerah yang punya potensi gempa dengan magnitudo diatas 8 di seluruh Indonesia.
"Kalau dari potensi bukan hanya Pulau Jawa yang punya risiko tapi Sumatera, Bali, NTB, NTT, Sulawesi bahkan juga Papua, semua punya potensi bencana 8 M keatas. Untuk pulau Jawa ada tiga segmen Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah. Segmen-segmen itu artinya potongan lempeng. Jadi kalau misalnya dari tiga segmen tadi pecahnya bersamaan punya potensi magnitudo lebih tinggi," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa untuk saat ini yang perlu ditekankan adalah peran masyarakat dan pemerintah melakukan mitigasi persiapan untuk merespon bila potensi gempa besar terjadi.
Mulai dari mempersiapkan infrastruktur, kapasitas dan menurunkan kerentanan. "Jika ancamannya sudah tahu, kemudian kerentanan dari daerahnya sudah tahu. Begitu juga kapasitasnya, maka langkah itu yang harus kita lakukan. Bukan ke paniknya masyarakat," kata Iman.