Denpasar (ANTARA) - Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa menyebut Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) 2025 di Desa Sanur Kauh, untuk mewujudkan komunitas siaga bencana di pesisir Bali.
Kegiatan yang berlangsung di Muntig Siokan, Pantai Mertasari merupakan sinergisitas Pemerintah Kota Denpasar dengan BMKG dan Stasiun Geofisika Denpasar guna terwujudnya masyarakat siaga gempa bumi dan tsunami.
Arya Wibawa menyampaikan Bali, tak terkecuali Kota Denpasar, dianugerahi dengan alam yang indah, yang menjadi salah satu destinasi wisata, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.
Namun, di sisi lain Bali juga menyimpan potensi bencana gempa bumi dan tsunami. Meskipun demikian, hal itu tidak perlu disikapi dengan rasa takut yang berlebihan.
Akan tetapi, potensi bencana alam ini seharusnya semakin meningkatkan upaya-upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
"Untuk itu, sekolah lapang gempa bumi tahun 2025, merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana gempa bumi dan tsunami adalah dengan melakukan latihan kesiapsiagaan menghadapi bencana," ujarnya.
Dia mengatakan dengan melakukan latihan kesiapsiagaan ini diharapkan pemerintah dan masyarakat, khususnya masyarakat Desa Sanur Kauh dapat lebih siap ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami.
Pemerintah dan masyarakat Kota Denpasar sungguh beruntung mendapat perhatian dari pemerintah pusat dalam hal ini BMKG yang telah menyelenggarakan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami di Desa Sanur Kauh.
Pemerintah Kota Denpasar menyampaikan apresiasi atas inisiatif BMKG dalam memberikan edukasi kebencanaan kepada masyarakat.
Arya Wibawa menyebut dukungan dan perhatian dari pemerintah pusat ini diharapkan mendapat respons positif dari seluruh elemen masyarakat agar ilmu dan keterampilan yang diperoleh dapat diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya berharap kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan untuk desa-desa pesisir lainnya di wilayah Kota Denpasar. Saya harap masyarakat dan semua jajaran Pemerintah Desa Sanur Kauh dapat memanfaatkan kegiatan ini untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana gempa bumi dan tsunami demi terwujudnya komunitas siaga tsunami (tsunami ready community)," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar Rully Oktaviana Hermawan dalam laporannya menjelaskan sejarah Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami telah dilaksanakan oleh BMKG di pemerintah daerah se-Indonesia sejak tahun 2015 dengan nama Table Top Exercise Gempa Bumi dan Tsunami.
Kemudian, pada tahun 2018 menjadi Gladi Ruang Gempa Bumi dan Peringatan dini Tsunami, kemudian di tahun 2019 hingga sekarang mengalami peningkatan kualitas dan materi dan diubah menjadi Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami.
"Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami merupakan kebutuhan yang mendesak sebagai upaya pendidikan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana bagi pemangku kepentingan maupun masyarakat. Idealnya kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami ini dapat berjalan rutin dan merata untuk seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
Kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami 2025 dilaksanakan selama sehari dengan jumlah peserta sebanyak 61 orang dari unsur Desa Sanur Kauh, BPBD Provinsi Bali dan Denpasar, SAR, Linmas, Tagana, Pecalang, Relawan Gondong Legu, Sanur Bersatu, SD, SMP, SMA di Sanur, Kepolisian, Kodam, RSUD Bali Mandara, Klinik Mutiara Medika, dan hotel-hotel di wilayah Sanur Kauh.
