Denpasar (Antara Bali) - Realisasi ekspor rumput laut dari Bali yang baru muncul November 2011 tercatat 23,6 ton bernilai 15.720 dolar AS.
Walaupun nilainya kecil, namun hal itu cukup bagus, mengingat ekspor komoditas tersebut tahun 2010 tidak ada, meskipun permintaan pasar cukup tinggi, terutama dari China, kata Kepala Seksi Ekspor Disperindag Bali, Putu Bagiada SE di Denpasar Sabtu.
Ekspor rumput laut tersebut terkendala sejumlah hal, seperti mutu belum sesuai standar dan masyarakat belum menerapkan kegiatan pascapanen secara baik dan benar.
Selain itu juga terbatasnya tenaga terampil dalam pengoperasian teknologi serta lemahnya daya saing terhadap produk yang sama dari negara lain dalam merebut pasar internasional, tutur Bagiada.
Sementara petani pembudidaya rumput laut seperti di Nusa Penida sering menjerit akibat adanya serangan penyakit "ice-ice", sehingga tidak mampu menghasilkan mutu rumput laut untuk ekspor sebagaimana permintaan pasar.
"Jangankan mengekspor rumput laut jenis cotony ke China atau Taiwan, bisa menghasilkan untuk keperluan bibit saja sudah beruntung," ujar Nyoman Sudarma, petani rumput laut asal Kuta Selatan, Kabupaten Badung.(T007)