Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster berjanji untuk fokus menggairahkan ekonomi kerakyatan masyarakat di Pulau Dewata sebagai salah satu arah pembangunan daerah setempat yang akan dimantapkan, sekaligus meminimalisasi kesenjangan pertumbuhan ekonomi.
"Sekarang sudah dipetakan dengan baik, itu apa-apa saja. Jadi 2020, kita bisa realisasikan dan jalankan dengan baik," kata Koster saat menerima audiensi jajaran Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali, di Denpasar, Kamis.
Koster mengungkapkan lebih memfokuskan pada bidang ekonomi kerakyatan karena menurutnya, selama ini ekonomi kerakyatan terbukti mempunyai dampak besar dalam menggerakkan ekonomi di tingkat bawah.
"Bali ini sangat bagus ekonomi rakyatnya, UMKM-nya, industri sandang dan pangannya. Ini yang akan kami dorong terus dengan ditunjang pembangunan infrastruktur yang bagus, plus konektivitas yang memadai. Dengan demikian kita harusnya bisa lebih mandiri secara ekonomi," ujar gubernur kelahiran Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng ini.
Selanjutnya apabila yang menjadi syarat dan penunjang pertumbuhan ekonomi kerakyatan itu direalisasikan secara serius, pihaknya optimistis kesenjangan ekonomi masyarakat akan mampu dipersempit.
"Jika kita garap dengan serius dan komitmen, saya yakin kesenjangan kita di Bali akan terus menipis, pembangunan ekonomi akan semakin merata," ucapnya.
Baca juga: BI catat 22.174 UMKM di Bali gunakan sistem pembayaran QRIS
Apalagi, lanjut Koster, Bali mempunyai faktor modal cukup besar, yakni terkait nama Bali sebagai sebuah "brand", yang bila dikemas dengan baik akan sangat potensial untuk "menjual" produk-produk lokal Pulau Dewata.
"Kita perlu identitas sendiri untuk produk-produk kita. Kita harus kedepankan hal itu agar ekonomi lebih bergerak lagi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan bahwa menurut perkiraan BI terkait pertumbuhan ekonomi di Bali menunjukkan tren yang baik. Padahal secara umum ekonomi Indonesia menunjukkan potensi menurun.
"Kita optimis pertumbuhan ekonomi di Bali akan menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Begitupun tingkat inflasi di Bali akan tetap berada di bawah tingkat inflasi nasional. Ketiadaan peristiwa besar seperti periode pemilu seperti tahun lalu juga jadi indikator stabilnya ekonomi di Bali. Sehingga sektor utama seperti pariwisata bisa lebih baik pertumbuhannya," ujar Trisno.
Baca juga: BI Bali minta perbankan perbanyak kredit UMKM
Namun demikian, Trisno tetap memberikan catatan kepada beberapa faktor yang bisa saja memengaruhi tingkat inflasi di tahun 2020.
"Tantangan kita ke depan adalah naiknya iuran BPJS hingga naiknya cukai rokok yang kemungkinan juga bisa berpengaruh kepada inflasi," katanya.
Selain itu, Bank Indonesia juga sedang mengembangkan sebuah sistem dalam bentuk aplikasi yang mampu memberikan "update" terbaru harga-harga bahan pokok di beberapa pasar modern dan tradisional di Bali.
"Jadi, secara 'online' dapat diketahui berapa harga cabai, harga ayam, dan bahan lainnya di pasar-pasar. Kita bisa melihat update-nya setiap hari sekaligus melihat pula gejolak harga di pasar seperti apa," ucapnya.