Denpasar (Antara Bali) - Psikolog dari Universitas Udayana Drs Supriyadi MS menyayangkan perayaan atau momentum menyambut tahun baru cenderung menjadi wahana untuk menunjukkan euforia atau kesenangan secara berlebihan.
"Realita di masyarakat justru seperti itu. Padahal momentum tahun baru seharusnya untuk merefleksikan diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik," kata Supriyadi yang juga Ketua Majelis Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, momentum pergantian tahun atau menyambut tahun baru dan juga hari raya keagamaan, hampir dikenal oleh semua etnis dan agama sebagai hari-hari pelepasan.
"Inti dari pelepasan, di sana umat manusia akan mengintrospeksi dirinya kemudian direfleksikan menuju tercapainya kebahagiaan. Jikapun sedih, pada hari itu kesedihan harus ditutup dulu untuk memulai langkah lagi menuju suatu hidup yang baru," ucapnya.
Oleh karena itu, dalam merefleksikan diri tercakup proses introspeksi, evaluasi dan pembenahan.
"Artinya, dari hasil introspeksi dan evaluasi, manusia dapat membenahi dirinya. Jadi, sesungguhnya kita bisa memperbaiki diri dengan alat yang ada dalam diri kita sendiri," ujar Supriyadi.
Ia mengatakan, kalaupun ingin merayakan hari pelepasan, manusia diharapkan dapat menemukan kesalahan dan kebaikan diri. Dari sana selanjutnya berusaha mengurangi keburukan dan meningkatkan kesanggupan serta kemampuan diri.
"Bersenanglah sepuasnya sesuai cara masing-masing saat meninggalkan tahun berjalan sebagai salah satu hari pelepasan. Tetapi hal itu hendaknya dilakukan setelah berhasil menyimpulkan kebaikan dan keburukan diri," katanya.(T007)
Disayangkan Tahun Baru Jadi Euforia Berlebihan
Kamis, 29 Desember 2011 9:28 WIB