Denpasar (ANTARA) - Forum Peduli HIV/AIDS Bali akan mengadakan seminar bertema "Membangun Kesehatan Keluarga menuju Nangun Sat Kerthi Loka Bali" menyambut peringatan Hari Ibu di Gedung PKBI Denpasar, pada 23 Desember 2019.
Ketua Forum Peduli HIV/AIDS Bali, Christian Supriyadinata di Denpasar Sabtu mengatakan tujuan seminar tersebut guna membangun kesadaran terkait dengan pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi dalam lingkup keluarga.
"Seorang ibu dalam lingkup keluarga memiliki peran sentral dan kontrol di hulu dalam kesehatan keluarga, termasuk mencegah segala permasalahan penyakt seperti HIV dan AIDS," ujarnya.
Baca juga: Ketersediaan ARV untuk pasien HIV di RSUP Sanglah cukup aman
Ia mengatakan HIV terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan penghitungan kasus dilakukan secara kumulatif sejak awal ditemukan kasus HIV di Bali.
Selain iu perkembangan HIV juga terjadi karena masifnya layanan HIV hampir seluruh penyedia layanan kesehatan, bahkan sampai ke tingkat puskesmas.
Berdasarkan data, perkembangan HIV banyak menyasar usia produkstif dan juga remaja. Per Juni 2019, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, telah menemukan 4.864 orang atau 36 persen dari kasus HIV dan AIDS secara keseturuhan pada usia 20-29 tahun.
Dengan kasus tersebut, bahwa kelompok umur tertinggi dari kasus yang ditemukan di Bali. Dan pada urutan kedua, yaitu 4.815 orang atau 35 persen deri temuan kasus keseluruhan pada usia 30-39 tahun.
Baca juga: Sebulan, kasus HIV/AIDS di Bali bertambah 100-120 kasus
Sementara itu, Pengelola Program KPA Provinsi Bali yang juga anggota Forum Peduli AIDS Bali, Yahya Anshori, MSi mengatakan, melihat perkembangan HIV dari sudut biologi virus, maka dapat diasumsikan banyak yang tertular pada usia di bawah 20 tahun. Hal inilah yang menjadi kecemasan dalam penanggulangen HIV dan AIDS. Dimana pada usia tersebut, seseorang sudah pada fase seksual aktif.
"Berbagai upaya pencegahan, baik melalui kondom, kampanye anti seks bebas, pendidikan di kelompok beresiko ternyata tidak mampu meredam perkembangan situasi ini. Belum lagi ketika kita melihat situasi sosial masyarakat zaman milenia, karena teknologi menjadi tumpuan utama dalam mencari informasi," kata alumnus Antropologi Unud ini.