Bangli, Bali (ANTARA) - Pada purnamaning kelima, Selasa (12/11), Desa Adat Apuan, Kecamatan Susut, Bangli mengadakan "Karya Mamungkah, Nguntap Nuntun, Ngenteglinggih, Mendem Pedagingan, Ngusaba Nini lan Bangun Ayu, Nyenuk, Ngebat Daun, Mapadudusan Agung, Caru Lebur Gentuh" di Pura Ulun Suwi.
Melalui kegiatan karya ngenteg linggih ini diharapkan warga pengempon pura dapat sradha dan bakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, (Tuhan Yang Maha Easa) serta ke depan dapat menciptakan masyarakat yang shanti, bahagia sesuai tujuan hidup yakni masyarakat jagadhita ya ca iti dharma, kata Ketua panitia karya I Wayan Nyabuh, demikian siaran pers Diskominfo Bangli, Jumat.
Upacara karya ngenteg linggih ini dihadiri oleh Karo Kesra Provinsi Bali Anak Agung Griya, Ketua PHDI Kabupaten Bangli I Nyoman Sukra, Cokorda Kertiyasa Yang akrab dipanggil Cok Ibah sebagai Pengerajeg Karya, Penglingsir Puri Bangli, Camat Susut, Kepala Desa Apuan, Bendesa se-desa Apuan Dan se-Desa Abuan .
Ketua panitia karya I Wayan Nyabuh mengatakan rangkaian karya ngenteg linggih ini diawali dengan pelaksanaan kegiatan caru balik sumpah pada Waraspati Umanis Ugu, pada Kamis (7/11), melasti, Saniscara Pon Ugu, (9/11), Mepada Agung, Soma Kliwon Wayang (11/11), puncak Karya, Anggara Umanis Wayang (12/11), nyenuk lan ngebat daun, Sukra Wage Wayang (15/11), Nyegara Gunung, Redite Umanis Kelawu (17/11), dan rangkaian upacara yang terakhir Nyineb, Nuwek Bagia lan Metingkeb, Anggara Pon Kelawu (19/11).
Baca juga: Jelang Karya Nyatur Bwana, ratusan ASN Bangli "Ngayah" di Pura Pucak Penulisan
Upacara Caru Balik Sumpah yang digelar pada hari ini dipuput oleh tiga pedanda yakni Ida Pedanda Manggis, Ida Pedanda Buda, Ida Resi Bujangga, kegiatan upacara caru balik sumpah ini diiringi juga dengan tarian topeng sidakarya, wayang lemah, rejang renteng, rejang sari, rejang tamansari, rejang dewa, pendet dan baris tumbak.
Pura Ulun Suwi di Desa Apuan Susut Bangli, yang penyungsungnya adalah krama subak Apuan-Bekutel terdiri dari 313 warga yang dibagi menjadi empat tempek (kelompok) dan luas keseluruhan subak adalah 180 hektare yang tersebar di Desa Apuan dan Desa Abuan.
Ketua panitia karya juga menuturkan sebelumnya masyarakat subak Apuan-Bekutel sudah pernah melaksanakan karya seperti ini sekitar tahun 1942, seiring telah lamanya karya itu maka krama subak kembali melaksanakan karya ini yang bertujuan agar masyarakat semua mendapat keselamatan dan kegiatan pertanian di subak Apuan-Bekutel mendapatkan hasil yang berlimpah dan pertanian warga subak supaya tidak diserang hama.
Pengrajeg karya Ida Cokorda Kertiyasa yang akrab di panggil Cok Ibah mengatakan sangat bangga dengan semangat masyarakat Apuan khususnya Subak Apuan-Bekutel dalam rangka melaksanakan karya ngenteg linggih ini, karena Pura Ulun Suwi ini adalah pura subak, untuk menjaga tradisi leluhur, karena subak adalah warisan yang sangat berharga yang diwarisi oleh leluhur kita.
Baca juga: UKS di SDN 3 Sulahan Bangli dinilai tim provinsi
Selain itu subak di Bali sudah sangat terkenal di kalangan International dan juga banyak subak di Bali di pergunakan sebagai obyek wisata. Selain itu subak di Bali adalah sebagai penyandang pangan.
"Kita melaksanakan kariya ini supaya benar benar dengan rasa tulus iklas di dalam melaksanakan kariya ini," kata Cok Ibah.
Selain itu sebagai pengerajeg karya di Pura Ulun Suwi ikut melaksanakan mendem pedagingan di pelinggih surya.
Sementara itu, Karo Kesra Provinsi Bali Anak Agung Griya yang mewakili Gubernur Bali, mengatakan bahwa karya ini sangat bermakna di dalam kehidupan kita beragama di Bali, karena sebagai Agama Hindu harus melaksanakan yadnya, sebab agama, budaya di Bali sangat mempengaruhi kehidupan bersama. (*)