Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat ekonomi Bali pada triwulan III-2019 tumbuh sebesar 5,34 persen (yoy) dan pertumbuhannya meningkat dibandingkan pada triwulan II-2019 yang sebesar 3,12 persen.
"Total perekonomian Bali pada triwulan III-2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp64,86 triliun dan berdasarkan atas dasar harga konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp41,56 triliun," kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Selasa.
Meskipun mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, namun jika dilihat pada periode yang sama tahun sebelumnya justru mengalami perlambatan karena saat itu ekonomi tercatat tumbuh 6,15 persen.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Kategori G (perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) yang tercatat tumbuh 9,99 persen. Selanjutnya diikuti oleh Kategori K (jasa keuangan dan asuransi) yang tercatat tumbuh 9,03 persen dan Kategori J (informasi dan komunikasi) yang tercatat tumbuh 8,38 persen.
Baca juga: Meningkat, wisatawan Australia kunjungi Bali
Menurut Adi, tingginya pertumbuhan Kategori G pada triwulan III-2019 utamanya didorong peningkatan kebutuhan domestik seiring masuknya periode "high season" pariwisata. Selain itu adanya hari raya keagamaan seperti Galungan, Kuningan, Idul Adha serta dimulainya tahun ajaran baru bagi anak sekolah ikut mendongkrak pertumbuhan nilai tambah.
Adi menambahkan, pertumbuhan ekonomi tidak terbatas pada barang, tetapi juga sektor jasa. Selanjutnya tidak terbatas pada luar negeri, karena daerah tetangga Bali seperti dengan Banyuwangi dan Mataram, juga dimasukkan dalam ekspor atau impor.
"Digabung yang keluar negeri maupun ke luar provinsi. Untuk Bali yang paling besar ekspornya adalah jasa pariwisata. Setiap kamar hotel di Bali itu dihuni oleh wisatawan mancanegara, maka dihitung sebagai ekspor. Meskipun kamarnya di sini, tetapi yang menempati orang asing, maka nilai ekonomi yang timbul disebut sebagai ekspor jasa," ujarnya.
Baca juga: Di Denpasar, bawang merah jadi penyumbang deflasi terbesar
Adi menambahkan, peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara yang tumbuh 19,77 persen secara (q to q) berdampak positif pada pertumbuhan Kategori I (penyediaan akomodasi dan makan minum).
"Data penerimaan pajak hotel di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar tercatat meningkat hingga mencapai sekitar 40-50 persen. Kondisi ini terkonfirmasi pula dengan data rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada Triwulan III-2019 yang tercatat sebesar 64,01 persen. Nilai TPK ini meningkat dibandingkan rata-rata triwulan II-2019 yang tercatat sebesar 57,42 persen," katanya.