Denpasar (ANTARA) - Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menjadi pembicara dalam seminar "Denpasar The City of Culture" dalam rangkaian "Indonesia Architectur Forum Tahun 2019" yang digelar di Rumah Sanur, Bali, Minggu.
Pada seminar tersebut, Rai Mantra menjelaskan bahwa Denpasar sesuai dengan visi misi pembangunan Denpasar kreatif berwawasan budaya secara berkelanjutan terus mendukung pengembangan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dan kota budaya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
"Di Bali sendiri arsitektur merupakan gambaran akan sebuah peradaban. Dalam setiap senti gaya arsitektur selalu memiliki makna komunikasi dan penanda peradaban. Sehingga keberadaan arsitektur yang khas harus tetap dipertahankan," kata Rai Mantra.
Rai Mantra mengatakan bahwa beragam inovasi telah dilaksanakan Kota Denpasar guna mendukung Kota Kreatif dan Kota Budaya. Hal ini dimplementasikan dengan membangun ekosistem, infrastruktur dan jaringan ekonomi kreatif yang bermuara pada orange ekonomi.
Selain itu, kata dia, dengan adanya revolusi industri 4.0 menjadi peluang bagi pengembangan sektor ekonomi kreatif. Hal ini lantaran setiap budaya memiliki cerita.
"Hal-hal inilah yang perlu kita kuatkan untuk mendukung eksistensi budaya dalam era revolusi industri 4.0 yang merupakan elemen ekonomi kreatif yang bergerak dalam orange ekonomi," ucapnya.
Di Denpasar sendiri berbagai upaya telah dilaksanakan guna mewujudkan Denpasar Kota Kreatif dan Kota Budaya dengan konsep merubah sesuatu yang awalnya tidak bernilai menjadi bernilai. Seperti halnya "Rebranding Tukad Badung, Festival Kreatif, Pelatihan, Ruang Kreatif, Mewujudkan Denpasar Heritage City dengan pengembangan kawasan Zona Z Gajah Mada, Creative Works, dan Jelajah Budaya"
Rai Mantra menekankan bahwa adapun yang menjadi tantangan adalah bagaimana budaya dan kearifan lokal dapat berkembang dan berkelanjutan. Perkembangan kreativitas sejatinya telah berlangsung sejak lama di Bali. Namun demikian pengembangan ekonomi kreatif sebagai pendukung pariwisata budaya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menginterprestasikan.
Kegiatan yang menghadirkan insan kreatif, akademisi, praktisi, pemangku kepentingan arsitektur, Ikatan Arsitek Indonesia Provinsi Bali serta kalangan pemerintahan ini, menjadi ajang diskusi guna mendukung pengembangan sektor arsitektur.
"Mengubah pola pikir masyarakat dan memberdayakan komunitas sehingga mampu menghasilkan dan mengubah sesuatu yang awalnya tidak bermanfaat menjadi bermanfaat dan bernilai ekonomis serta mampu menjadi iklim kreatif yang edukatif dengan mempertahankan jiwa dan keaslian kebudayaan lokal," ujar Rai Mantra.
Baca juga: Wagub berkomitmen lestarikan arsitektur Bali
Sementara itu, Kepala Bekraf RI, Triawan Munaf mengatakan bahwa ekonomi kreatif ibarat udara, dimana semua insan dapat menghirup. Ekonomi kreatif juga demikian, dengan cakupan yang luas dapat diakses dan dijalankan oleh berbagai sektor dan bidang pekerjaan. Pihaknya juga memberikan apresiasi kepada Pemkot Denpasar yang telah berkomitmen untuk pengembangan ekonomi kreatif.
"Kami mengucapkan selamat kepada Kota Denpasar yang telah sukses menjadi Kota Kreatif Indonesia Tahun 2019, tentunya hal ini juga menjadi referensi bagi daerah lain di Indonesia, sehingga kedepannya seluruh daerah dapat mengembangkan ekonomi kreatif sebagai alternatif guna menggali potensi baru sehingga mampu meningkatkan sektor perekonomian," ujarnya.
Dalam kesempatan juga dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Bekraf Kota Denpasar dengan Indonesia Creative City Forum (ICCF) perihal pelaksanaan ICCF Tahun 2020 di Kota Denpasar. Serta peluncuran buku Colaborative Inovation.
Baca juga: Presiden: Pasar Badung miliki arsitektur terbagus
Wali Kota jadi pembicara seminar "Denpasar The City of Culture"
Senin, 14 Oktober 2019 7:37 WIB