Denpasar (ANTARA) - Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, sedang berupaya mengusulkan calon guru besar atau profesor bisa diperoleh lewat jalur kekaryaan atau karya seni (tacit knowledge) ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
"Saya sangat menyayangkan banyak karya seni internasional, tetapi dosennya tidak diberikan kebijaksanaan untuk syarat guru besar, padahal program studi penciptaan diakui oleh pemerintah," kata Prof Arya saat menggelar diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan menghadirkan Dirjen SDM, Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Prof Dr Ali Gufron Mukti, PhD, di ISI Denpasar, Kamis.
Rektor dari Pujungan, Kabupaten Tabanan, ini mengusulkan hal tersebut karena berawal dari kegalauannya terhadap syarat guru besar yang hanya menitikberatkan pada karya tulis (jurnal) bereputasi. Sedangkan jalur kekaryaan tidak menjadi sesuatu yang diperhitungkan, sifatnya hanya menambah angka kredit secara umum.
"Prodi kita 'kan minat penciptaan dan pengkajian, kenapa syarat guru besar hanya di pengkajian saja? Ini yang ingin kita sampaikan ke pusat agar perguruan tinggi yang punya kekhasan dibukakan jalur khusus, karena seperti kita kuatnya memang di penciptaan karya," ucapnya pada acara yang juga dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati itu.
Kalau usulan guru besar jalur kekaryaan dibuka, maka diperkirakan sebanyak 30 orang atau 50 persen dari total doktor yang ada di ISI Denpasar berpeluang meraih guru besar.
"Peluang ini juga dimungkinkan oleh Edaran Menteri yang menyatakan kami boleh mengajukan guru besar tidak tetap melalui skema tacit knowledge," ujarnya.
Guru besar seni karawitan ini mengakui cukup banyak dosen di kampus seni yang memiliki karya internasional, namun terbentur syarat reguler pengusulan guru besar karena tidak terlalu fasih menulis.
Selain itu, jurnal bereputasi untuk seni di Indonesia terbatas, sehingga calon guru besar harus mencari jurnal ke luar negeri dengan biaya yang tidak sedikit. Prof Arya berharap Kemenristekdikti memberi dukungan terhadap kondisi di kampus-kampus seni di seluruh wilayah di Nusantara.
Baca juga: ISI Denpasar undang pakar untuk berbagi ilmu desain pameran
Sementara itu, Dirjen SDM, IPTEK dan Dikti, Kemenristekdikti Ali Gufron Mukti menyambut baik usulan ini dan akan dijadikan bahan kajian di pusat. Terlebih Kemenristekdikti sedang getol meningkatkan jumlah guru besar yang secara nasional tergolong masih kecil.
Ali Gufron mengemukakan, hingga 2014, jumlah guru besar se-Indonesia sekitar 4.000 orang. Saat ini jumlahnya merangkak naik menjadi 6.000 orang. "Kami akan terus genjot hingga 8.000 guru besar dari 280 ribu total dosen di Indonesia," ucapnya.
ISI Denpasar, lanjut Ali Gufron, memiliki 215 dosen, tujuh orang di antaranya sudah menyandang guru besar. Jika dipersentasekan sejumlah 3,26 persen atau lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 2,2 persen.
Baca juga: ISI: seniman jadi "panglima" teknologi hadapi era 4.0