Jakarta (ANTARA) - Sebanyak lima badan usaha milik negara (BUMN) akan menggarap empat proyek kerja sama bisnis di Laos sebagaimana disepakati dalam pertemuan Menteri BUMN Rini Soemarno dengan Menteri untuk Kantor Perdana Menteri Laos Alounkeo Kittikhoun di Jakarta, Rabu.
Kunjungan delegasi Laos tersebut merupakan tindak lanjut pertemuan Menteri Rini dengan Perdana Menteri (PM) Republik Demokratik Rakyat Laos Thongloun Sisoulith dan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara sejumlah BUMN Indonesia dengan Phonsavanh Group di Vientiane, Laos pada 25 Juni 2019 lalu.
“Kami sepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama bisnis antara Indonesia dan Laos. Kemarin, kami ke sana melihat potensi kerja sama yang bisa ditingkatkan. Empat proyek akan menjadi fokus kita bersama-sama. Saya pikir kerja sama ini sangat bagus dan harus segera direalisasikan. Saya berharap Indonesia dan Laos akan jadi rekan kerja dalam perdagangan di dunia internasional,” kata Rini dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Sejak ditandatanganinya nota kesepahaman pada Juni lalu, sejumlah BUMN yang sepakat untuk melakukan kerja sama antara lain PT Timah yang akan menggarap potensi tambang di Laos, PT Perkebunan Nusantara bersama PT Pupuk Indonesia juga akan menjalin kerja sama bidang pertanian dengan Phaiboun Trading Import and Export.
Selanjutnya PT Inka juga akan menjalin kerja sama Konsorsium Kerja Sama Pembangunan Kereta Indonesia (IDRC) membangun jalur kereta sepanjang 195 kilometer dari Laos hingga kawasan pelabuhan di Vietnam sepanjang 195 kilometer, kemudian PT Bukit Asam dan Petrotrade yang juga akan melakukan kerja sama terkait dengan perdagangan batu bara.
Khusus kerja sama antara PT Timah Tbk dengan Petrotrade, entitas dari Phonsavanh Group, juga akan melibatkan PT Pupuk Indonesia (Persero). Kerja sama perusahaan-perusahaan itu meliputi kegiatan eksplorasi area pertambangan prospektif hingga proses pengolahan.
Eksplorasi dari pertambangan yang akan dilakukan tersebut salah satunya bertujuan untuk menemukan sumber baru bahan baku pupuk NPK yaitu KCl (Kalium Klorida) di mana PT Pupuk Indonesia siap ambil bagian sebagai “offtaker” (pembeli) yang akan menyerap bahan baku pupuk tersebut.
Penjajakan bisnis yang dilakukan itu diklaim sejalan dengan rencana PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk pengembangan pupuk NPK melalui proyek NPK 2,4 juta ton.
Pasalnya, selama ini, jenis bahan baku KCl masih harus diimpor karena tidak dapat diperoleh di Indonesia. Bahan baku KCl dari Pupuk Indonesia Grup banyak didatangkan dari negara Eropa Timur, salah satunya Belarusia.
Dengan potensi tambang KCl yang besar di Laos, diharapkan dapat mendukung efisiensi harga dan biaya distribusi.
Delegasi Pemerintah Laos yang diwakilkan Menteri untuk Kantor Perdana Menteri Laos Alounkeo Kittikhoun dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Laos Viengsavath Siphandone telah mengunjungi sejumlah pabrik dan lokasi milik BUMN, antara lain PT Petrokimia Gresik di Gresik, PTPN di Mojokerto, PT Inka (Persero) di Madiun, PT Timah di Pangkal Pinang, dan PT Bukit Asam di Lampung.
Menteri untuk Kantor Perdana Menteri Laos Alounkeo Kittikhoun mengatakan kunjungan delegasi itu merupakan arahan pemerintah Laos untuk menarik investasi dari negara lain, termasuk Indonesia.
Menurut dia, pabrik-pabrik BUMN sudah menggunakan teknologi tinggi sehingga diyakininya keempat proyek yang akan dikerjakan memiliki kualitas yang sangat baik.
“Kita juga berkunjung pabrik kereta api. Kami belajar banyak dari proses produksi lokomotif dan kami akui Indonesia sudah menggunakan teknologi tinggi di setiap pabrik yang kami kunjungi. Maka kami ingin mengajak Indonesia kerja sama Business to Business terkait dengan empat proyek di Laos,” pungkas Kittikhoun.