Denpasar (ANTARA) - Keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Denpasar bertepatan bulan suci Ramadhan menjadi momentum mempererat tali persaudaraan sesama warga melalui kegiatan ujian kenaikan tingkat yang diakhiri dengan makan sahur bersama.
Ketua PSHT Cabang Denpasar Mas Sunarto di Lapangan Kapten Japa, Kota Denpasar, Bali, Sabtu malam, mengatakan kegiatan seperti ini, yakni ujian kenaikan tingkat biasanya diselenggarakan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan setiap tahunnya.
"Kami keluarga besar PSHT Cabang Denpasar mengadakan rangkaian kegiatan tes kenaikan tingkat dari sabuk hijau ke sabuk putih, kebetulan bulan puasa ini, kami adakan rutin setiap tahun, setelah latihan bersama disambung dengan sahur bersama," ujar Mas Sunarto didampingi Ketua Bidang Litbang PSHT Denpasar, Miftachur Rohman.
Jika pada tahun 2018, kata Sunarto, pihaknya menggelar Pondok Ramadhan, maka pada tahun ini, tempatnya bergantian, bergiliran di ranting masing-masing cabang. Kebtulan gilirannya tahun 2019 digelar di Ranting Denpasar Timur.
Melalui kegiatan semacam ini, kata Sunarto, pihaknya selalu berusaha menanamkan nilai-nilai dan rasa ketakwaan warga PSHT semakin kuat kepada Tuhan.
Kegiatan diawali dengan pengucapan ikrar, janji warga PSHT Cabang Denpasar, senantiasa tunduk dan patuh kepada PSHT Pusat Madiun, yang saat ini diketuai oleh Mas Murjoko dan Mas Isbiantoro sebagai Dewan Pusat.
"Ikrar kami PSHT Cabang Denpasar, kesetiaan kami kepada NKRI yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila," katanya.
Sunarto juga menuturkan bahwa pencak silat ini yang menjadi pinisepuh adalah I Nyoman Gempol dari Buleleng Bali, sekitar tahun 1800-an. Pada saat itu Gempol dibuang oleh kolonial penjajah ke daerah Sumatera. Disana bertemu dengan Ki Hadjar Hardjo Oetomo dan mengembangkan ilmu bela diri tersebut.
Perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada "persaudaraan" yang kekal dan abadi. Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890 menjadi sang pendiri.
Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, dia berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa indonesia dijajah Belanda.
Sebagai pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendharmakan ilmu yang dia miliki kepada orang lain. Namun jalan yang dirintis ternyata tidak mulus. Terlebih saat itu zaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun setelah dia menamatkan pendidikan sekolahnya.
Warga PSHT tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 sampai 1999 sebanyak 108.267 orang.