Denpasar (ANTARA) - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Denpasar, Bali menyelenggarakan pelatihan kepada 35 orang "Pecalang" (petugas keamanan tradisional desa adat) untuk meningkatkan wawasan mereka terkait tugas fungsinya dalam menjaga ketertiban dan keamanan.
Kepala Kesbangpol Kota Denpasar I Komang Sugiarta di Denpasar, Selasa, mengatakan "Pecalang" sebagai satuan pengamanan tradisional desa pakraman (adat) tidak saja berperan sebagai pengaman dalam kegiatan adat dan agama Hindu, tetapi juga dipercayakan sebagai salah satu unsur pengamanan di berbagai acara kenegaraan bersama dengan instansi terkait lainnya.
Ia mengapresiasi penyelenggaraan pelatihan ini dengan harapan anggota "Pecalang" di Kota Denpasar nantinya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugansya dan yang lebih penting lagi para "Pecalang" mampu mengemban tugas sesuai dengan prosedur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
"Sebagai bagian dari perangkat desa pakraman yang merupakan garda terdepan dalam menjaga keamanan dan kenyamanan budaya Bali maka 'Pecalang' akan menjadi cermin bagi keseluruhan masyarakat Kota Denpasar yang selalu diharapkan dapat menjaga keamanan dan kenyamanan serta ketentraman di wilayahnya masing-masing," katanya.
Terlebih lagi dalam waktu dekat ini, kata dia, hajatan Pemilu 2019, "Pecalang" harus mampu menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya, sehingga dapat terwujud suasana aman dan nyaman.
Kepala Bidang Ketahanan Ekososbud dan Ormas Kesbangpol Kota Denpasar Anak Agung Gede Raka Wiadnyana mengatakan maksud dan tujuan pelaksanaan pelatihan petugas "Pecalang" ini adalah untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa khususnya pada anggota pecalang di masing-masing desa pakraman di Kota Denpasar sehingga terjaga situasi yang aman dan kondusif.
"Selain juga memberikan bekal kepada para peserta sebagai penyamarataan mental dan persepsi dalam melaksanakan tugas di masyarakat dan desa pakraman, menjamin keutuhan NKRI serta tanggap terhadap berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang mungkin saja timbul di Kota Denpasar," ucapnya.
Kegiatan pelatihan yang telah memasuki tahap kedua ini diikuti oleh 35 orang Pecalang yang merupakan perwakilan dari masing-masing desa pakraman di Kota Denpasar. Pelatihan digelar selama dua hari, yakni pada 18-19 Maret 2019.
Materi pelatihan akan disampaikan melalui pemaparan, diskusi dan tanya jawab. Selain itu, untuk mengimplementasikan teori yang didapat pada saat pelatihan, para peserta akan diajak melakukan studi banding ke Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta guna menambah Wawasan dalam melaksanakan tugas pengamanan di Desa Pakraman masing- masing," ucap Gede Raka Wiadnyana.
Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali I Made Mudra mengapresiasi pelaksanaan pelatihan pecalang yang dilaksanakan oleh Pemkot Denpasar ini dan dilakukan secara berkesinambungan mengadakan pelatihan semacam ini.
"Kegiatan ini merupakan bukti perhatian Pemkot Denpasar bagi pecalang karena seperti kita tahu pekerjaan Pecalang bersifat suatu pengabdian. Pelaksanaan kegiatan ini semoga menjadi momentum bagi Pecalang di Kota Denpasar untuk meningkatkan kualitas wawasan mengenai tugas dan fungsinya di tengah masyarakat serta mampu menghapus stigma yng tidak baik tentang Pecalang di masyarakat," ujar Made Mudra.
Kegiatan ini dihadiri dari unsur TNI, Polri, sejumlah pimpinan OPD Pemkot Denpasar, unsur forum adat serta perwakilan sejumlah instansi lainnya. Kegiatan Pelatihan ini diisi sejumlah narasumber dari Kementeran Agama Kota Denpasar, Kodim 1611 Badung, Polresta Denpasar dan juga PMI Kota Denpasar. (*)