Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Nyoman Darma Putra mengatakan, identitas kedaerahan di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sangat menonjol, karena semangat kebangsaan saat itu tidak tampak secara jelas seperti saat memasuki Indonesia merdeka.
"Kondisi itu jauh berbeda dengan zaman kemerdekaan atau revolusi nasional, di mana semangat nasionalisme berkobar-kobar," kata Prof Darma Putra di Denpasar, Rabu.
Guru Besar Fakultas Sastra Unud menjelaskan, kondisi demikian menjadikan identitas ke-Bali-an menjadi bergeser ke belakang, dengan mengutamakan semangat kebangsaan yang dipertahankan secara otoriter pemerintah orde baru.
Akibatnya pada era reformasi yang ditandai dengan kebijakan otonomi daerah (Otda) membuat semangat kedaerahan mencuat secara radikal. Namun perubahan itu menunjukkan bahwa, identitas Bali berada dalam situasi mengikuti perubahan sosial politik.
Prof Darma Putra menambahkan, penelusuran identitas Bali lewat teks, khususnya teks sastra dan media massa, sebagai analisis pendapat bahwa, proses pembentukan dan pembentukan-kembali identitas selalu tampak dalam, bukan di luar.
Teks sastra dan media massa merupakan representasi yang berisi wacana mengenai bagaimana orang Bali merespon perubahan sosial politik dan budaya, baik berasal dari lingkungan internal maupun yang datang dari luar.(*)