"Dalam waktu dekat para mentor dari Jakarta akan memberikan pelatihan kepada para arsiparis Buleleng agar bisa merehabilitasi atau memperkuat kondisi fisik arsip atau dokumen yang mengalami kerusakan atau mengalami penurunan kualitas secara fisik," kata Kepala Biro Umum ANRI Multi Siswati sebagaimana siaran pers yang diterima, Jumat.
Saat mengunjungi Gedong Kirtya, Singaraja (24/1), Multi Siswati menjelaskan terdapat dua program ANRI yang akan dilakukan di Buleleng dan kedatangannya ke Gedong Kirtya adalah dalam rangka memantapkan kedua program tersebut.
"Dua program itu, selain untuk melengkapi administrasi guna pembangunan Depo ANRI di Buleleng, tim juga mengkomunikasikan rencana restorasi sejumlah arsip di Gedong Kirtya," katanya.
Menurut dia, program itu sejalan dengan tujuan penyelenggaraan kearsipan dalam Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Jaminan Keselamatan dan Keamanan Arsip sebagai bukti pertanggungjawaban lembaganya kepada masyarakat, bangsa dan negara
"Kami memang punya program pelestarian warisan budaya dan kebetulan di sini ada lontar-lontar dan juga ada buku arsip yang perlu diperbaiki. Nah, ANRI memiliki alat dan tenaga ahli untuk melakukan perbaikan lontar dan arsip itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Buleleng Made Sukarmini mengatakan diri sangat antusias menerima program pemerintah pusat tersebut, apalagi ANRI sudah melihat sendiri tentang lontar dan arsip yang perlu diperbaiki. Selain itu juga melihat SDM yang perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
"Kami akan mengerahkan tenaga arsip pada masing-masing SKPD (OPD) untuk mengikuti bimtek untuk melakukan restorasi terhadap keberadaan arsip di Gedong Kirtya. Walau yang diutamakan adalah staf Dinas Kebudayaan namun jika memungkinkan kami akan sertakan satu staf masing-masing OPD di lingkup Pemkab Buleleng," katanya.
Pameran Dua Perupa
Sementara itu, dua perupa Nyoman Gede Darmawan (Kuek) dan Nyoman Suarnata mengadakan pameran bersama yang bertajuk "Fantasi" di Restu Bumi Gallery, Ubud, Gianyar sejak 20 Januari hingga 20 Februari 2019.
"Secara umum, fantasi kerap diidentikkan sebagai khayalan. Fantasi adalah bagian dari aspek psikis atau kejiwaan manusia. Pada dasarnya, semua manusia memiliki kemampuan untuk berfantasi. Hanya saja dalam konteks kesenimanan, seorang seniman dikenal sebagai individu yang secara aktif mampu menghadirkan fantasi-fantasinya dalam medium karya seni," ujar kurator pameran, I Made Susanta Dwitanaya.
Khusus dalam seni rupa, tentu saja medium yang dipakai dalam mengungkapkan fantasinya tersebut adalah dalam bentuk karya visual. Karya-karya yang hadir dari sebuah fantasi umumnya dianggap tidak biasa dalam pandangan umum, karena pada dasarnya sebuah karya fantasi adalah sebuah rekaan atau dunia yang berjarak dari realitas, walaupun terkadang serapan dari realitas.
Misalnya, Nyoman Gede Darmawan yang menghadirkan karya-karya yang secara tematik didominasi oleh hadirnya adegan-adegan seksual dan erotisme. Sementara Nyoman Suarnata menghadirkan fantasinya dalam memandang objek binatang yang diolah sedemikian rupa hingga terkadang muncul kelucuan, dan terkadang juga kesan menyeramkan. (ed)