Denpasar (Antaranews Bali) - Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) mendorong pemberdayaan ekonomi yang disesuaikan dengan potensi lokal sebagai salah satu bentuk bantuan pemulihan, khususnya bagi warga yang terdampak bencana alam.
"Harapan kami, ujungnya masyarakat menjadi mandiri," kata Presiden MRI Syuhelmaidi Syukur dalam Rapat Kerja Wilayah MRI Bali di Denpasar, Sabtu.
Menurut Syuhelmaidi, program tersebut dilakukan di Lombok Utara setelah gempa bumi mengguncang daerah tersebut dengan menjalankan pemberdayaan ekonomi, sebagai salah satu program percontohan.
Pemberdayaan ekonomi, kata dia, menjadi satu dari tiga unsur yang dilakukan ketika masa pemulihan selain pembangunan fisik dan pemberdayaan sosial.
Di Lombok Utara, kata dia, pihaknya melakukan program lumbung pangan berupa modal kerja, bibit, membeli hasil gabah dan beras yang dipasok di gudang bekerja sama dengan salah satu "minimarket" Hidro Perdana Ritelindo.
"Kami bantu mereka dalam konteks dari awal dan kami juga sedang membangun jaringan pasar," ucapnya.
Ia mendorong MRI di daerah salah satunya pengurus di Bali yang baru terbentuk untuk menggali potensi pemberdayaan masyarakat seperti dari sisi pariwisata, industri kreatif, pertanian dan peternakan yang sesuai dengan ciri khas setempat.
"Dalam kegiatan Rakerwil ini kami eloborasi sebetulnya apalagi yang ingin kami bisa lakukan. Di Bali kami buat cabang Aksi Cepat Tanggap. Potensinya tidak hanya potensi membantu tetapi kami ingin menggali potensi filantropi," katanya.
Untuk memperkuat kompetensi relawan, kata dia, sudah dibentuk akademi relawan yang saat ini baru ada di Yogyakarta yang memberikan pelatihan kilat respon darurat dan program pemberdayaan.
Syuhelmaidi menargetkan dalam lima tahun mendatang sudah ada sekitar 10 juta relawan di seluruh Indonesia dari jumlah saat ini mencapai sekitar 300 ribu orang.
Sementara itu Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin dalam sambutannya menyambut baik kepengurusan relawan di daerah sehingga tenaga kemanusiaan itu bisa lebih banyak.
Menurut dia, bencana alam tidak bisa dicegah namun upaya yang gencar dilakukan adalah dengan memitigasi atau mengurangi risiko dari bencana.
"Salah satu caranya adalah bangsa harus bersatu, seperti dengan relawan yang menggerakkan kepedulian," katanya.
Relawan MRI di Bali terdiri dari berbagai latar belakang profesi dan kalangan termasuk salah satunya para mahasiswa.
Salah seorang relawan Erwin Ari Prasetyo (22) merupakan mahasiswa Teknik Mesin Universitas Udayana yang baru kembali dari Lombok Timur setelah melaksanakan program kemanusiaan di daerah itu.
"Kami bersama relawan lain memberikan 'trauma healing' kepada anak-anak di posko pengungsian seperti buat permainan, menyanyi hingga membantu distribusi logistik," ucap mahasiswa semester sembilan Unud itu.
Baca juga: Kunjungi ANTARA Bali, ACT-IPP siap cetak "UMKM Tangguh Bencana"
Baca juga: ACT: korban meninggal gempa Sulteng capai 1.203 orang